Bandung, 0800 – Dia mencoba menggerakkan tubuhnya, Tidak Bisa. Lingga
tidak tahu mengapa dirinya tertidur begitu lama, kini setiap ia ingin
membuka kelopak matanya,tak bisa dan terhalangi. Secara perlahan
dirasakan kedua tangannya,kesemutan, kaku dan terikat di belakang
pinggangnya. Mulutnya terasa penuh dengan kain-kain lembut yang
menyumpalnya, dan tertutup oleh daya rekat lakban perak yang maha kuat.
Kakinya menyatu laksana putri duyung, karena pergelangan kakinya
persendian lututnya dipenuhi dengan lilitan tali nylon yang mengikatnya
erat. Lingga mengetahui bahwa posisinya biasa di sebut hogtied, ujung
tali yang mengikat kakinya disambungkan sependek mungkin dengan
tangannya yang terikat di daerah pinggang. Lebih jelas lagi lengan
Lingga juga terikat erat membuat dirinya tak dapat bergerak sedikitpun.
Semakin gencar dirinya meronta-ronta, hasilnya akan memburuk yaitu
energinya terkuras dan semakin terasa pegal dan mungkin akan lebih
sakit.
Tetapi nalurinya menginginkan dirinya terbebas dari semua ikatan yang
membatasi gerak-geriknya. Pelan pelan Lingga mengingat-ingat apa yang
terjadi pada dirinya. Dia baru saja menemui Dan teman lamanya yang
dikenal lewat dunia maya untuk makan malam, ngobrol asyik asyik tentang
“BONDAGE” dan Lingga tengah meneguk Jus Stroberi kesukaannya…….Jus
stroberi? Apakah dia menyampurkan sesuatu di minumanku? Ya, dan sudah
terlambat! Kukira itu hanya sebuah cerita karangan Dani” pikir Lingga.
Lingga mengira itu hanya bagian dari obrolan bondage, sebuah skenario
memberi obat tidur dalam jus minumannya seperti yang dia iyakan dan
berpura-pura diculik.Tapi kini cerita itu menjadi nyata, dia benar-benar
diculik ! Lingga mendengarkan suara yang sangat bising, seperti dalam
bagai kendaraan, tapi dirasakannya sangat luas. Karena betapapun Lingga
menggerakkan kakinya, dia tidak merasakan batas. Tiba-tiba telinganya
menangkap suara yang cukup akrab di telinganya, suara pesawat yang
sedang mengeluarkan rodanya akan bersiap mendarat.
YA TUHAN? Dia benar-benar menculikku dan membawaku ke luar negeri, meninggalkan kotaku Bandung? Ke kota yang lain? Yang katanya dia akan menjualku sebagai budak? Tidak bisa,…!! Yang dia katakan adalah sebuah skenario yang disepakati seperti di sinetron-sinetron. Apakah ini beneran? Aku akan dijual sebagai budak sex ke luar negeri? Itu akan lebih parah dari menjadi TKW di Malaysia di Kuala Lumpur, setidaknya mereka bisa mengerti Bahasa Indonesia. Tapi di Thailand, rakyat di sini tidak banyak bisa berbahasa Inggris, apakah aku akan dijual menjadi budak terikat sungguhan?
Bangkok, 2000 – Setelah sumpalan mulutnya dilepaskan untuk minum jus buah-buahan dan air Lingga rasa sudah lebih dari seharian tubuhnya tidak dapat bergerak atau melihat, Padahal baru beberapa jam saja tubuhnya terikat seperti ini. Lingga sudah sangat mengantuk dengan mata dan mulutnya yang tertutup, karena pengaruh obat dan penerbangan panjang yang dialaminya. Satu-satunya kesempatan bicaranya adalah ketika Lingga ingin buang air, dan ‘pengasuhnya’ meletakkan ember kecil dan mendudukkannya di atasnya dengan melonggarkan ikatan pada pahanya serta membantu membukakan pahanya agar bisa buang air kecil. Tak ada yang dipikirkannya selain menjalankan apa yang bisa dijalankan, sementara ‘pengasuh’nya dengan telaten membersihkan kelaminnya dengan air dan mengeringkannya.”Tee lang sanuk maak maak”. (yang konon artinya: sebentar lagi kamu akan dapatkan dengan enak) Lingga sudah terbaring diatas sebuah matras dalam sebuah mobil box van, meski tangannya terasa kesemutan dan pegal karena terikat erat dalam waktu yang cukup lama. Namun Lingga merasa mendapatkan posisi yang nyaman, karena tubuhnya yang terlatih dengan yoga cukup lentur menyesuaikan posisi tubuhnya. Bondage atau terikat bukan merupakan pengalaman baru untuknya, dia sudah mengalami posisi tubuh seperti itu sebelumnya, ditambah dengan kebiasaanya latihan yoga, Lingga bisa menyesuaikan kondisinya. Ini adalah perjalanan cukup panjang, Lingga harapkan perjalanan ini segera usai dan pasti Dani akan melepaskan ikatannya dan membiarkan dia istirahat, setidaknya begitulah harapannya. Lingga tahu ia diculik dan dibawa ke negara lain, setidaknya Lingga tidak membayangkan bahwa Ia akan terus menerus diikat erat selama dalam penculikan.
Ketika tiba di tempat tujuan, Lingga mendengar seseorang mendekati pintu belakang box van. Linggapun membalikkan tubuhnya, membelakangi pintu dan seolah menunjukkan pergelangan tangannya yang terikat erat berharap dirinya dibebaskan oleh penculiknya segera. Memang kedua tali di pergelangan kakinya yang di lepas, karena ia harus berjalan dengan sepatu hak tingginya dengan paha yang tetap terikat.
YA TUHAN? Dia benar-benar menculikku dan membawaku ke luar negeri, meninggalkan kotaku Bandung? Ke kota yang lain? Yang katanya dia akan menjualku sebagai budak? Tidak bisa,…!! Yang dia katakan adalah sebuah skenario yang disepakati seperti di sinetron-sinetron. Apakah ini beneran? Aku akan dijual sebagai budak sex ke luar negeri? Itu akan lebih parah dari menjadi TKW di Malaysia di Kuala Lumpur, setidaknya mereka bisa mengerti Bahasa Indonesia. Tapi di Thailand, rakyat di sini tidak banyak bisa berbahasa Inggris, apakah aku akan dijual menjadi budak terikat sungguhan?
Bangkok, 2000 – Setelah sumpalan mulutnya dilepaskan untuk minum jus buah-buahan dan air Lingga rasa sudah lebih dari seharian tubuhnya tidak dapat bergerak atau melihat, Padahal baru beberapa jam saja tubuhnya terikat seperti ini. Lingga sudah sangat mengantuk dengan mata dan mulutnya yang tertutup, karena pengaruh obat dan penerbangan panjang yang dialaminya. Satu-satunya kesempatan bicaranya adalah ketika Lingga ingin buang air, dan ‘pengasuhnya’ meletakkan ember kecil dan mendudukkannya di atasnya dengan melonggarkan ikatan pada pahanya serta membantu membukakan pahanya agar bisa buang air kecil. Tak ada yang dipikirkannya selain menjalankan apa yang bisa dijalankan, sementara ‘pengasuh’nya dengan telaten membersihkan kelaminnya dengan air dan mengeringkannya.”Tee lang sanuk maak maak”. (yang konon artinya: sebentar lagi kamu akan dapatkan dengan enak) Lingga sudah terbaring diatas sebuah matras dalam sebuah mobil box van, meski tangannya terasa kesemutan dan pegal karena terikat erat dalam waktu yang cukup lama. Namun Lingga merasa mendapatkan posisi yang nyaman, karena tubuhnya yang terlatih dengan yoga cukup lentur menyesuaikan posisi tubuhnya. Bondage atau terikat bukan merupakan pengalaman baru untuknya, dia sudah mengalami posisi tubuh seperti itu sebelumnya, ditambah dengan kebiasaanya latihan yoga, Lingga bisa menyesuaikan kondisinya. Ini adalah perjalanan cukup panjang, Lingga harapkan perjalanan ini segera usai dan pasti Dani akan melepaskan ikatannya dan membiarkan dia istirahat, setidaknya begitulah harapannya. Lingga tahu ia diculik dan dibawa ke negara lain, setidaknya Lingga tidak membayangkan bahwa Ia akan terus menerus diikat erat selama dalam penculikan.
Ketika tiba di tempat tujuan, Lingga mendengar seseorang mendekati pintu belakang box van. Linggapun membalikkan tubuhnya, membelakangi pintu dan seolah menunjukkan pergelangan tangannya yang terikat erat berharap dirinya dibebaskan oleh penculiknya segera. Memang kedua tali di pergelangan kakinya yang di lepas, karena ia harus berjalan dengan sepatu hak tingginya dengan paha yang tetap terikat.
“Mmmmppphhh……” keluh Lingga pelan dengan tanpa semangat dan sangat
lelah, Ia dituntun kesebuah rumah di mana ada seorang gadis yang akan
melepaskan ikatannya dan sumpalannya. Matanya yang masih tertutup pada
akhirnya dilepas, Lingga yang panik tak bisa menggerak-gerakkan
tangannya yang sudah tidak diikat, merasakan cahaya memasuki
pandangannya. Gadis itu berbicara kata-kata yang tidak di mengertinya,
namun kelihatannya dia menyemangatinya sambil tersenyum dan menuntunnya
ke kamar mandi. Gadis itu memijit-mijit pundak dan lehernya, ketika
tubuh Lingga tersiramkan air hangat dari shower, sambil menyabuninya.
Wow. Ini sangat menyegarkan baginya sehabis perjalanan panjang dalam
keadaan terikat, setelah bermandi air hangat, Gadis itu memberikannya
pakaian dalaman merah untuk dikenakan, lalu digamitnya tangan kiri
Lingga dan dituntunnya kedalam ruangan dingin dengan ACnya terlihat ada
matras terhampar di ruangan ini dengan satu bantal kecil, layaknya ruang
pijat ya itu adalah Ruangan Pemijatan. WOW! Aku dapat pijat gratis, Ia
bersukacita dalam pijatan ala Thailand yang terkenal itu. Linggapun
tertidur menikmati pijatan-pijatan di tubuhnya setelah perjalanan yang
melelahkan.
Beberapa jam kemudian Lingga terbangun dari tidurnya. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, Tidak Bisa. Ia tidak tahu mengapa dirinya tertidur begitu lama. Secara perlahan dirasakan kedua tangannya,kesemutan, kaku dan terikat di belakang pinggangnya. Mulutnya terasa penuh dengan kain-kain lembut yang menyumpalnya, dan tertutup oleh daya rekat lakban perak yang maha kuat. Kembali kakinya menyatu laksana putri duyung, karena pergelangan kakinya persendian lututnya dan bagian pahanya dipenuhi dengan lilitan tali yang mengikatnya erat. Lingga mengetahui bahwa posisinya biasa di sebut hogtied, ujung tali yang mengikat kakinya menekuk dan disambungkan sependek mungkin dengan tangannya yang terikat di daerah pinggang. Lebih jelas lagi lengannya juga terikat erat membuat dirinya tak dapat bergerak sedikitpun. Semakin gencar dirinya meronta-ronta, hasilnya akan memburuk yaitu energinya terkuras dan semakin terasa pegal dan mungkin akan lebih sakit. Tetapi nalurinya menginginkan dirinya terbebas dari semua ikatan yang membatasi gerak-geriknya. Matanya kini tidak tertutup. Ia mendapati dirinya kembali dalam telungkup tak berbusana, hanya menggunakan bra celana dalam dan sepatu di ruangan bak aquarium dengan kaca tembus pandang, sepertinya ruangan itu memang disiapkan untuk seseorang seperti dia,
Beberapa jam kemudian Lingga terbangun dari tidurnya. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, Tidak Bisa. Ia tidak tahu mengapa dirinya tertidur begitu lama. Secara perlahan dirasakan kedua tangannya,kesemutan, kaku dan terikat di belakang pinggangnya. Mulutnya terasa penuh dengan kain-kain lembut yang menyumpalnya, dan tertutup oleh daya rekat lakban perak yang maha kuat. Kembali kakinya menyatu laksana putri duyung, karena pergelangan kakinya persendian lututnya dan bagian pahanya dipenuhi dengan lilitan tali yang mengikatnya erat. Lingga mengetahui bahwa posisinya biasa di sebut hogtied, ujung tali yang mengikat kakinya menekuk dan disambungkan sependek mungkin dengan tangannya yang terikat di daerah pinggang. Lebih jelas lagi lengannya juga terikat erat membuat dirinya tak dapat bergerak sedikitpun. Semakin gencar dirinya meronta-ronta, hasilnya akan memburuk yaitu energinya terkuras dan semakin terasa pegal dan mungkin akan lebih sakit. Tetapi nalurinya menginginkan dirinya terbebas dari semua ikatan yang membatasi gerak-geriknya. Matanya kini tidak tertutup. Ia mendapati dirinya kembali dalam telungkup tak berbusana, hanya menggunakan bra celana dalam dan sepatu di ruangan bak aquarium dengan kaca tembus pandang, sepertinya ruangan itu memang disiapkan untuk seseorang seperti dia,
“Hi Lingga,….” Dani akhirnya muncul sambil tersenyum. Ini adalah kali
pertama Ia bertemu Dani sejak dirinya diculiknya dan di bawa ke negeri
ini.
“mmmmppphhhhhhh…..!!!!” spontan Lingga bereaksi kala dilihatnya pria itu.
“By the way, welcome to Thailand, Hope you will find a great master, after a week with me I’m gonna sell yoo of to the Royal staff for sure… so enjoy the time in my place….” dikecupnya bibirnya yang tersumpal lakban.
“mmmmppphhhhhhh…..!!!!” Lingga meronta-ronta dengan hebatnya, sehebat jantungnya yang berdebar-debar kencang ketakutan, dalam ruangan kaca bak aquarium, terikat erat, seperti ikan yang baru ditangkap meronta-ronta menunggu di eksekusi, waktu berjalan sangat lamban, Ia mendengarkan musik dari sebuah komputer di ruangan itu dengan speaker yang kekuatannya cukup tinggi, sepertinya sebuah lagu Jepang sepertinya diramaikan dengan suara mmmppphhhh dan bahasa Jepang, layaknya sebuah soundtrack film bondage Jepang. Dari komputer itu, Ia dapat melihat adegan seorang gadis Jepang, China atau entah Korea sedang digarap oleh seorang Pangeran. Lingga pernah menunggah gambar itu dari situs Jepang yang pernah dikunjunginya.Tak lama kemudian Dani kembali membawa sebuah kamera dan mengambil beberapa photo dirinya dalam keadaan terikat erat, membuat rasa penasaran tumbuh dan menyelimutinya
“Apa yang akan Dan lakukan? Dia mengambil photoku, mau menjual photoku? Atau mempublikasikan dan nantinya mengancamku 10 tahun kemudian?” pikirnya penuh curiga. Setelah kurang lebih 50 photo dibuat dalam keadaannya yang duduk di kursi, Lingga dipindahkannya ke atas matras yang biasa dipakai yoga, kini lebih sering lagi suara kamera yang membidiknya diselingi suara protesnya yang terdengar
“mmmmppphhhhh….” Suara yang tanpa disadarinya akan membangkitkan gairah lelaki yang menculiknya. Dani sibuk mengitari Lingga dan membidiknya dengan kamera digital. Tubuh terikat Linggapun bermandikan cahaya blitz. Lingga di atas matras yoga “memainkan perannya” dengan baik layaknya photo model terkenal Jasmine Sinclair, mempersembahkan posisi dan angle terbaiknya. Tali yang mengikat tangannya pun dihubungkan dengan kakinya, jadilah Ia dalam posisi hogtied, namun tubuhnya secara lentur mengikuti dan memberikan Dan hasil photo yang baik dengan diselingi teriakkan “mmmmppphhhhh,…!!” nya sepertinya Lingga mengerti bagaimana melayani Dani yang membidiknya dengan kamera. Namun tantangan telah menantinya beberapa detik kemudian saat Dani menutup matanya dengan kain untuk kepentingan pemotretan, Dirasakannya ada dua langkah yang berbeda dengan langkah Dani,… mereka kelihatannya berbisik-bisik sesuatu,… sedang negosiasi rupanya dan sangat terdengar alot walau Lingga tidak tahu persis apa yang sedang mereka omongkan. Apakah itu tawar-menawar,… rupanya layaknya tender,… Tender mencapai penawaran tinggi untuk mendapatkan tubuh yang tak berdaya ini menjadi budak nafsu. Ditentukanlah siapa penawaran tertinggi ditandai dengan tawa puas sang pemenang tender. Lingga merasakan uang berpindah tangan di sekitarnya.
“mmmmppphhhhhhh…..!!!!” spontan Lingga bereaksi kala dilihatnya pria itu.
“By the way, welcome to Thailand, Hope you will find a great master, after a week with me I’m gonna sell yoo of to the Royal staff for sure… so enjoy the time in my place….” dikecupnya bibirnya yang tersumpal lakban.
“mmmmppphhhhhhh…..!!!!” Lingga meronta-ronta dengan hebatnya, sehebat jantungnya yang berdebar-debar kencang ketakutan, dalam ruangan kaca bak aquarium, terikat erat, seperti ikan yang baru ditangkap meronta-ronta menunggu di eksekusi, waktu berjalan sangat lamban, Ia mendengarkan musik dari sebuah komputer di ruangan itu dengan speaker yang kekuatannya cukup tinggi, sepertinya sebuah lagu Jepang sepertinya diramaikan dengan suara mmmppphhhh dan bahasa Jepang, layaknya sebuah soundtrack film bondage Jepang. Dari komputer itu, Ia dapat melihat adegan seorang gadis Jepang, China atau entah Korea sedang digarap oleh seorang Pangeran. Lingga pernah menunggah gambar itu dari situs Jepang yang pernah dikunjunginya.Tak lama kemudian Dani kembali membawa sebuah kamera dan mengambil beberapa photo dirinya dalam keadaan terikat erat, membuat rasa penasaran tumbuh dan menyelimutinya
“Apa yang akan Dan lakukan? Dia mengambil photoku, mau menjual photoku? Atau mempublikasikan dan nantinya mengancamku 10 tahun kemudian?” pikirnya penuh curiga. Setelah kurang lebih 50 photo dibuat dalam keadaannya yang duduk di kursi, Lingga dipindahkannya ke atas matras yang biasa dipakai yoga, kini lebih sering lagi suara kamera yang membidiknya diselingi suara protesnya yang terdengar
“mmmmppphhhhh….” Suara yang tanpa disadarinya akan membangkitkan gairah lelaki yang menculiknya. Dani sibuk mengitari Lingga dan membidiknya dengan kamera digital. Tubuh terikat Linggapun bermandikan cahaya blitz. Lingga di atas matras yoga “memainkan perannya” dengan baik layaknya photo model terkenal Jasmine Sinclair, mempersembahkan posisi dan angle terbaiknya. Tali yang mengikat tangannya pun dihubungkan dengan kakinya, jadilah Ia dalam posisi hogtied, namun tubuhnya secara lentur mengikuti dan memberikan Dan hasil photo yang baik dengan diselingi teriakkan “mmmmppphhhhh,…!!” nya sepertinya Lingga mengerti bagaimana melayani Dani yang membidiknya dengan kamera. Namun tantangan telah menantinya beberapa detik kemudian saat Dani menutup matanya dengan kain untuk kepentingan pemotretan, Dirasakannya ada dua langkah yang berbeda dengan langkah Dani,… mereka kelihatannya berbisik-bisik sesuatu,… sedang negosiasi rupanya dan sangat terdengar alot walau Lingga tidak tahu persis apa yang sedang mereka omongkan. Apakah itu tawar-menawar,… rupanya layaknya tender,… Tender mencapai penawaran tinggi untuk mendapatkan tubuh yang tak berdaya ini menjadi budak nafsu. Ditentukanlah siapa penawaran tertinggi ditandai dengan tawa puas sang pemenang tender. Lingga merasakan uang berpindah tangan di sekitarnya.
“Bagaimana dia menjualku? Aku dijualnya kepada siapa? Siapa sih
pembeli yang psycho ini? Kapan aku akan di bawa ? Bagaimana dengan photo
photoku yang di ambil Dan? Apakah aku akan kembali? Apakah aku bisa
mengalami orgasme dengan orang? Atau cuma Vibrator? Apakah aku akan di
jual ke Jepang? Bagaimana dengan gadis Jepang yang aku lihat di video
dalam komputer itu? Menjadi budak nafsu berkali-kali dalam posisi ikat
yang sangat tidak mungkin itu? ” Sejuta kecemasan menyelimuti pikirannya
dan “MMMMPPPHHHHH!! mmpppphhhhh ermmmmmm ermmmm uurrggghhh!!” Ia
mengalami orgasme, Tak terasa Lingga merasa basah di selangkangannya
kala semua kecemasan itu muncul. Ia sadar mereka tidak boleh tahu kalau
dirinya malah terangsang dengan pikiran pikiran itu, TIDAK!!
Sementara pihak yang menawarkan gratis dulu pertama, mundur dan duduk sementara Dani memainkan perannya dengan baik, kasihan Lingga, dia tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Tercium olehnya harum stroberi memenuhi ruangan, Ia yang terikat, mulut tersumpal dan mata tertutup dapat merasakannya. Daya ciumnya menjadi sangat sensitif dan dapat mencium bau keringat yang sudah menetes. Sebelum Lingga benar-benar menyadari sepenuhnya apa yang terjadi, ternyata itu adalah harum kondom yang baru saja di buka.
“ARGGHHH!!! MMPPHHH!!” hanya suara itu yang bisa terdengar dari mulutnya. Dani sangat hati-hati mengambil posisinya tidak terlalu menyentuh tubuh Lingga, dengan lembut dia menyentuh tubuhnya dari leher sampai ke dadanya, secara naluriah tubuh Lingga menggeliat. Tali yang menghubungkan pergelangan kakinya ke tangan Lingga dilepas, Tubuhnya berhadap hadapan dengan Dani, Ia cuma bisa merasakan, kakinya yang masih terikat, terangkat ke pundak Dani, Linggapun bertumpu kebelakang dengan kedua tangannnya yang terikat Semua itu dilakukan Dani dalam kelembutan dan dirasakan sangat nikmat olehnya. Keringat di tubuhnya dijilatnya seperti sedang menjilat permen lolipop, dan lepaslah bra yang dikenakannya, Dani pun menghisap-hisap puting susunya kemudian menggambar lingkaran kecil mengelilingi puting susu Lingga dengan lipsticknya. Lalu diciumnya Lingga. Dalam posisinya yang tak berdaya, meski susah untuk penetrasi dalam keadaan kaki tetap terikat, tubuhnya yang lentur itu mampu bergoyang-goyang, sementara Dani mengambil posisi lebih rendah untuk memudahkan penetrasi. Lingga masih tetap bercelana dalam walau sudah agak melorot. Sepanjang Ia tahu, dalam berhubungan sex Dani tidak menyukai lawannya telanjangan tak berbusana, Dan lebih menyukai masih adanya pakaian yang melekat pada gadisnya berlingerie, berstocking, bahkan bersepatu agar terlihat sexy. Penetrasi pertamanya sangat lambat, Ia rasakan setidaknya 5 menit, bahkan cairan darinya terlanjur menetes layaknya keran Jawa kuno yang ditemukan tengah hiruk pikuk kota Jakarta. “AAARRGGGGHHHHHHHHH…….!!!!” suara itu memecah keheningan layaknya monster hijau jelek mengerang puas setelah memperkosa gadis Jepang yang tidak berguna. Danipun memeluk tubuh Lingga yang terikat tak berdaya dengan posisi penis yang tengah mengancam posisi Lingga yang mudah diakses.
Sementara pihak yang menawarkan gratis dulu pertama, mundur dan duduk sementara Dani memainkan perannya dengan baik, kasihan Lingga, dia tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Tercium olehnya harum stroberi memenuhi ruangan, Ia yang terikat, mulut tersumpal dan mata tertutup dapat merasakannya. Daya ciumnya menjadi sangat sensitif dan dapat mencium bau keringat yang sudah menetes. Sebelum Lingga benar-benar menyadari sepenuhnya apa yang terjadi, ternyata itu adalah harum kondom yang baru saja di buka.
“ARGGHHH!!! MMPPHHH!!” hanya suara itu yang bisa terdengar dari mulutnya. Dani sangat hati-hati mengambil posisinya tidak terlalu menyentuh tubuh Lingga, dengan lembut dia menyentuh tubuhnya dari leher sampai ke dadanya, secara naluriah tubuh Lingga menggeliat. Tali yang menghubungkan pergelangan kakinya ke tangan Lingga dilepas, Tubuhnya berhadap hadapan dengan Dani, Ia cuma bisa merasakan, kakinya yang masih terikat, terangkat ke pundak Dani, Linggapun bertumpu kebelakang dengan kedua tangannnya yang terikat Semua itu dilakukan Dani dalam kelembutan dan dirasakan sangat nikmat olehnya. Keringat di tubuhnya dijilatnya seperti sedang menjilat permen lolipop, dan lepaslah bra yang dikenakannya, Dani pun menghisap-hisap puting susunya kemudian menggambar lingkaran kecil mengelilingi puting susu Lingga dengan lipsticknya. Lalu diciumnya Lingga. Dalam posisinya yang tak berdaya, meski susah untuk penetrasi dalam keadaan kaki tetap terikat, tubuhnya yang lentur itu mampu bergoyang-goyang, sementara Dani mengambil posisi lebih rendah untuk memudahkan penetrasi. Lingga masih tetap bercelana dalam walau sudah agak melorot. Sepanjang Ia tahu, dalam berhubungan sex Dani tidak menyukai lawannya telanjangan tak berbusana, Dan lebih menyukai masih adanya pakaian yang melekat pada gadisnya berlingerie, berstocking, bahkan bersepatu agar terlihat sexy. Penetrasi pertamanya sangat lambat, Ia rasakan setidaknya 5 menit, bahkan cairan darinya terlanjur menetes layaknya keran Jawa kuno yang ditemukan tengah hiruk pikuk kota Jakarta. “AAARRGGGGHHHHHHHHH…….!!!!” suara itu memecah keheningan layaknya monster hijau jelek mengerang puas setelah memperkosa gadis Jepang yang tidak berguna. Danipun memeluk tubuh Lingga yang terikat tak berdaya dengan posisi penis yang tengah mengancam posisi Lingga yang mudah diakses.
Penetrasi berikut juga memakan waktu sementara Lingga sudah mencapai
orgasme ketiga, dengan kondisi lelah, terikat, berkeringat, merasakan
perkosaan dari seekor binatang liar, namun tubuhnya menerimanya dengan
nikmat dengan mulut yang kali ini disumpal dengan kaos kaki berbahan
stocking yang di pakainya, sebelum tubuhnya mengalami pemijatan yang
nikmat tadi, yang memungkinkan dirinya untuk bernapas lega ditengah
ketidak-berdayaannya. Entah beberapa kali lagi dilakukan penetrasi
terhadap tubuhnya yang lelah, namun Lingga dapat bereaksi dengan baik
dan mengimbanginya dalam ketidak-berdayaanya hingga yoga mat basah
karenanya.
Setelah menyaksikan gadis tak berdaya yang telah diperkosa berkali-kali dan terlihat puas, sang pembelipun membayarkan sejumlah uang kepada Dani. Pembelipun setuju akan memulangkan Lingga setelah masa penggunaannya selama satu minggu. Dani berbisik lembut ditelinga Lingga
“satu minggu saja…..dia tiada power cuma bondage”
“Apa itu berarti aku akan terikat lagi dalam seminggu? Apa cuma diikat, nggak ada apa-apa lagi?” Lingga masih shock dan merasa gelap apa yang akan terjadi satu minggu kedepan.
“Bagaimana dengan kerjaanku? Bagaimana kalau mereka mencari ke apartemenku? Tagihanku belum terbayarkan, khususnya tagihan handphoneku, akan membuat dirinya tak bisa terhubungi,…. kesempatan dirinya untuk melarikan diri, bila dia tahu di mana sekarang handpohone Nokianya?” Linggapun teringat acara televisi kesukaannya “Putri yang Ditukar” memasuki episode menegangkan di akhir minggu ini,…
“Bagaimana aku kehilangan episode akhir itu? Bagaimana juga dengan akhir dari penculikanku ini? Bagaimana aku bisa membebaskan diri?” bau yang menyengat dan melemahkan syaraf itu membuat Lingga tak sadarkan diri….
Setelah satu jam lebih dibawa dalam sebuah bagasi kendaraan jenis 4WD, Lingga yang sudah sangat lelah dengan perkosaan Dani, Dalam keadaan berbusana lingerie merah tadi matanya yang tertutup setelah diperkosa, Tibalah Ia di suatu tempat. Lingga dibangunkan. Tangannya entah sejak kapan kini terikat kedepan, dan di antara kedua tangan dan kakinya diselipkan bambu besar, dan tangan dan kakinya jadi terikat menggantung di bambu besar itu. Rupanya tangannya diikatkan kedepan selama dirinya tak sadarkan diri, di tengah perjalanan mereka tadi. Lingga mengeluh dan mengaduh dalam sumpalannya, karena dirasakan sakitnya tubuhnya tergantung terikat pada tangannya di bambu dan dibawa pergi. Ia merasakan dirinya seperti korban buruan yang sering dia lihat di film-film Afrika atau video clip lagu Dr Jones favoritenya, dengan tangan dan kaki terikat pada bambu, lalu digotong oleh dua orang.
Ketika tiba dalam ruangan tertutup Lingga merasa tubuhnya diturunkan,… dia dibantu untuk berdiri dan dibersihkan oleh tangan-tangan lembut. Ia rasa itu tangan seorang gadis. Tali-tali yang mengikat kaki dan tangannyapun dilepaskan, dan terakhir kain yang menutup matanya dilepaskan. Setelah dibersihkan tubuhnya, Lingga dipakaikan pakaian khas Thailand, yang suka Ia lihat di iklan dengan model pramugari Thai Airways, dan Ia kembali merasakan pijatan ala Thailand yang terkenal itu.
Lingga menyadari ada seseorang berbicara Bahasa Inggris kepadanya, dia adalah Prince Satitpong anggota keluarga Kerajaan yang membelinya sebagai budak nafsu selama satu minggu.
“Do Not Escape because it’s in a wild place out here – there’s no place to escape. There are lots of prostitutes around, and if you’re caught by a gangster or pimp, they will keep you as a free prostitute too. Even if you escape, you can’t speak Thai.The police are all under my control. So behave and relax because tomorrow you will get tortured by me for one week”. demikian peringatan dari Prince Satitpong.
Segera setelah pijatan khas Thailand dirasakan, rasanya seperti lulur, dan Linggapun kembali tertidur karena lelahnya
****
Keesokan paginya, pelayan kerajaan membangunkanku, “Ikat Ikat…!!” katanya. Lingga terkejut senang,
“Wah, mereka menguasai bahasaku sedikit…” gumamnya sambil tersenyum mungkin sudah lama Lingga tidak tersenyum sejak diculik dan tiba di negeri ini. Mereka juga terlihat tersenyum ramah, entah karena mereka senang ungkapan mereka dapat di mengerti atau mereka senyum untuk apa yang akan Ia alami setelah ini. Mereka memberikannya blus putih berkerah Shanghai dengan kancing bungkus yang berbaris dari atas ke bawah, yang cukup ketat di tubuhnya, “Student Shirt” kata mereka dengan rok mini hitam ketat, sambil ditunjukkannya sebuah photo Gadis Thai berseragam sekolah dan dipakaikan kepadanya, kemudian menyiapkan tangan Lingga di belakang dan diikat erat dengan tali nylon. Kemudian mereka memakaikan stocking warna kulit di kakinya dan sepatu highhells hitam, sepatu ‘girly shoes’ imut seperti ini….
Kemudian Lingga didandani layaknya Gadis sekolahan dari Thailand, serupa dengan photo yang tadi ditunjukkan. Usai dandan, Ia kemudian dituntun ke ruangan bawah tanah di mana sayup-sayup terdengar tangisan atau keluhan seorang gadis kecil. “Jangan…sakit…! lepaskaaann….!! ” suara itu makin jelas dan Ia kenali kata-kata itu ada orang Indonesia rupanya.
Astaga!
Ini adalah bilik dan sel di ruangan bawah tanah yang pernah Ia baca. Ada 3 gadis dalam sel bawah tanah ini, yang satu diatas tempat tidur tengah dengan tangan terikat dengan lakban kebelakang sedang berlutut diatas kasur, ada tulisan lipstik dipunggungnya dengan tulisan “OLIVIA” mungkin itu namanya, pikirnya, disebelah kirinya, gadis yang dua lagi tergeletak di tempat tidur lain dalam keadaan terikat hogtied, kakinya yang terikat dihubungkan dengan tangannya yang juga terikat dan berbusana lengkap termasuk bersepatu seperti yang Ia pakai. Mata Olivia ditutup dengan kain sutra biru, rambutnya hitam panjang dengan model poni manis yang menutupi dahinya. Dia terlihat cukup sexy berkulit bersih putih dengan lipstik pink seperti buah stroberi yang siap di santap. Olivia mengenakan stocking putih dengan sepatu hitam seperti yang Lingga pakai pula. Pakaiannya lumayan ketat sehingga payudaranya menyembul keluar. Prince Satitpong tiba di bilik tersebut, serta merta ingin memuaskan nafsunya kepada Olivia di tempat tidur, Prince kelihatannya sangat terangsang dengan keberadaan Olivia sambil berkata “rogol rogol mari”.
Sementara Olivia sudah cukup terangsang dan basah, terbukti vibratornya sudah terjatuh di samping tempat tidurnya. Satitpong mendorong Olivia ke tempat tidur hingga payudaranya semakin terlihat. Prince kemudian merobek stocking putih Olivia, mencium susu Olivia sebelah kiri dengan suara yang nyaring Sllrrupp ssllrruppp… mmm.Lingga duduk menyaksikan sambil berharap dalam hati “rogol dia… sedap mesti rogol habis” bak suporter Prince. Namun tiba-tiba dia gempar dan berteriak marah. Benar kata Dan. Satitpong tidak punya “rogol power” kata orang, dia tidak bisa ‘ngaceng’ Prince Satitpong mengambil cambuk yang terletak disudut tempat tidur dan mulai mencambuki Olivia hingga dia teriak “pleaseeee stop”. Olivia kelihatannya cukup pengalaman dan menikmati cambukan yang dideranya di tubuhnya yang sintal. Sebagian tubuhnya terlihat nikmat dengan keringatnya berkilau dalam ruangan terang benderang.Tentu mata Olivia masih tertutup dan tidak akan tahu bahwa kilaunya memberi rangsangan dan seperti siap diperkosa lagi.
Setelah menyaksikan gadis tak berdaya yang telah diperkosa berkali-kali dan terlihat puas, sang pembelipun membayarkan sejumlah uang kepada Dani. Pembelipun setuju akan memulangkan Lingga setelah masa penggunaannya selama satu minggu. Dani berbisik lembut ditelinga Lingga
“satu minggu saja…..dia tiada power cuma bondage”
“Apa itu berarti aku akan terikat lagi dalam seminggu? Apa cuma diikat, nggak ada apa-apa lagi?” Lingga masih shock dan merasa gelap apa yang akan terjadi satu minggu kedepan.
“Bagaimana dengan kerjaanku? Bagaimana kalau mereka mencari ke apartemenku? Tagihanku belum terbayarkan, khususnya tagihan handphoneku, akan membuat dirinya tak bisa terhubungi,…. kesempatan dirinya untuk melarikan diri, bila dia tahu di mana sekarang handpohone Nokianya?” Linggapun teringat acara televisi kesukaannya “Putri yang Ditukar” memasuki episode menegangkan di akhir minggu ini,…
“Bagaimana aku kehilangan episode akhir itu? Bagaimana juga dengan akhir dari penculikanku ini? Bagaimana aku bisa membebaskan diri?” bau yang menyengat dan melemahkan syaraf itu membuat Lingga tak sadarkan diri….
Setelah satu jam lebih dibawa dalam sebuah bagasi kendaraan jenis 4WD, Lingga yang sudah sangat lelah dengan perkosaan Dani, Dalam keadaan berbusana lingerie merah tadi matanya yang tertutup setelah diperkosa, Tibalah Ia di suatu tempat. Lingga dibangunkan. Tangannya entah sejak kapan kini terikat kedepan, dan di antara kedua tangan dan kakinya diselipkan bambu besar, dan tangan dan kakinya jadi terikat menggantung di bambu besar itu. Rupanya tangannya diikatkan kedepan selama dirinya tak sadarkan diri, di tengah perjalanan mereka tadi. Lingga mengeluh dan mengaduh dalam sumpalannya, karena dirasakan sakitnya tubuhnya tergantung terikat pada tangannya di bambu dan dibawa pergi. Ia merasakan dirinya seperti korban buruan yang sering dia lihat di film-film Afrika atau video clip lagu Dr Jones favoritenya, dengan tangan dan kaki terikat pada bambu, lalu digotong oleh dua orang.
Ketika tiba dalam ruangan tertutup Lingga merasa tubuhnya diturunkan,… dia dibantu untuk berdiri dan dibersihkan oleh tangan-tangan lembut. Ia rasa itu tangan seorang gadis. Tali-tali yang mengikat kaki dan tangannyapun dilepaskan, dan terakhir kain yang menutup matanya dilepaskan. Setelah dibersihkan tubuhnya, Lingga dipakaikan pakaian khas Thailand, yang suka Ia lihat di iklan dengan model pramugari Thai Airways, dan Ia kembali merasakan pijatan ala Thailand yang terkenal itu.
Lingga menyadari ada seseorang berbicara Bahasa Inggris kepadanya, dia adalah Prince Satitpong anggota keluarga Kerajaan yang membelinya sebagai budak nafsu selama satu minggu.
“Do Not Escape because it’s in a wild place out here – there’s no place to escape. There are lots of prostitutes around, and if you’re caught by a gangster or pimp, they will keep you as a free prostitute too. Even if you escape, you can’t speak Thai.The police are all under my control. So behave and relax because tomorrow you will get tortured by me for one week”. demikian peringatan dari Prince Satitpong.
Segera setelah pijatan khas Thailand dirasakan, rasanya seperti lulur, dan Linggapun kembali tertidur karena lelahnya
****
Keesokan paginya, pelayan kerajaan membangunkanku, “Ikat Ikat…!!” katanya. Lingga terkejut senang,
“Wah, mereka menguasai bahasaku sedikit…” gumamnya sambil tersenyum mungkin sudah lama Lingga tidak tersenyum sejak diculik dan tiba di negeri ini. Mereka juga terlihat tersenyum ramah, entah karena mereka senang ungkapan mereka dapat di mengerti atau mereka senyum untuk apa yang akan Ia alami setelah ini. Mereka memberikannya blus putih berkerah Shanghai dengan kancing bungkus yang berbaris dari atas ke bawah, yang cukup ketat di tubuhnya, “Student Shirt” kata mereka dengan rok mini hitam ketat, sambil ditunjukkannya sebuah photo Gadis Thai berseragam sekolah dan dipakaikan kepadanya, kemudian menyiapkan tangan Lingga di belakang dan diikat erat dengan tali nylon. Kemudian mereka memakaikan stocking warna kulit di kakinya dan sepatu highhells hitam, sepatu ‘girly shoes’ imut seperti ini….
Kemudian Lingga didandani layaknya Gadis sekolahan dari Thailand, serupa dengan photo yang tadi ditunjukkan. Usai dandan, Ia kemudian dituntun ke ruangan bawah tanah di mana sayup-sayup terdengar tangisan atau keluhan seorang gadis kecil. “Jangan…sakit…! lepaskaaann….!! ” suara itu makin jelas dan Ia kenali kata-kata itu ada orang Indonesia rupanya.
Astaga!
Ini adalah bilik dan sel di ruangan bawah tanah yang pernah Ia baca. Ada 3 gadis dalam sel bawah tanah ini, yang satu diatas tempat tidur tengah dengan tangan terikat dengan lakban kebelakang sedang berlutut diatas kasur, ada tulisan lipstik dipunggungnya dengan tulisan “OLIVIA” mungkin itu namanya, pikirnya, disebelah kirinya, gadis yang dua lagi tergeletak di tempat tidur lain dalam keadaan terikat hogtied, kakinya yang terikat dihubungkan dengan tangannya yang juga terikat dan berbusana lengkap termasuk bersepatu seperti yang Ia pakai. Mata Olivia ditutup dengan kain sutra biru, rambutnya hitam panjang dengan model poni manis yang menutupi dahinya. Dia terlihat cukup sexy berkulit bersih putih dengan lipstik pink seperti buah stroberi yang siap di santap. Olivia mengenakan stocking putih dengan sepatu hitam seperti yang Lingga pakai pula. Pakaiannya lumayan ketat sehingga payudaranya menyembul keluar. Prince Satitpong tiba di bilik tersebut, serta merta ingin memuaskan nafsunya kepada Olivia di tempat tidur, Prince kelihatannya sangat terangsang dengan keberadaan Olivia sambil berkata “rogol rogol mari”.
Sementara Olivia sudah cukup terangsang dan basah, terbukti vibratornya sudah terjatuh di samping tempat tidurnya. Satitpong mendorong Olivia ke tempat tidur hingga payudaranya semakin terlihat. Prince kemudian merobek stocking putih Olivia, mencium susu Olivia sebelah kiri dengan suara yang nyaring Sllrrupp ssllrruppp… mmm.Lingga duduk menyaksikan sambil berharap dalam hati “rogol dia… sedap mesti rogol habis” bak suporter Prince. Namun tiba-tiba dia gempar dan berteriak marah. Benar kata Dan. Satitpong tidak punya “rogol power” kata orang, dia tidak bisa ‘ngaceng’ Prince Satitpong mengambil cambuk yang terletak disudut tempat tidur dan mulai mencambuki Olivia hingga dia teriak “pleaseeee stop”. Olivia kelihatannya cukup pengalaman dan menikmati cambukan yang dideranya di tubuhnya yang sintal. Sebagian tubuhnya terlihat nikmat dengan keringatnya berkilau dalam ruangan terang benderang.Tentu mata Olivia masih tertutup dan tidak akan tahu bahwa kilaunya memberi rangsangan dan seperti siap diperkosa lagi.
Prince memunggut vibrator yang jatuh tadi dan memasukkannya di antara
selangkangan Olivia, menggetarkannya dengan level tinggi. Olivia
meronta gemetar seperti ikan kecil dan di mulutnya bergumam suara
seperti “ppprrr mrrr… mmhh” pastinya dia merasakan gelinjang yang cukup
hebat karena cairan membasah dan mengalir malalui pahanya. Dengan lembut
Prince Satitpong mengeringkan cairan yang membaur dengan keringat di
sekujur tubuhnya sambil berkata
“Good fuck haa…?”
“Good fuck”.
Seakan mendapat rangsangan baru, Prince Satitpong mengambil Lingga yang juga terikat dengan pakaian seragam sekolah Thailand ke tempat tidur sebelah kanan Olivia yang berkilau. Olivia sudah terkulai lemas, entah karena lelah melayani Prince Satitpong, atau orgasme, atau kurang tidur, atau kedua-duanya, nikmat dan sakit yang hanya dia yang tahu. Lingga agak iri dengan Olivia, dan tanpa sadar mulutnya bergumam
“Good fuck….” “OOPPS!! APA YANG AKU KATAKAN?” pikirnya terkejut dengan mata yang menunjukkan keterkejutan. Prince Satitpong tak kalah terkejut dan membelalakkan matanya, Lingga tak habis pikir, yang dipikirkannya terungkap dalam kata, maklum selama ini mulutnya di lakban, namun kini keadaannya berbeda.
“Ohh.. you want good fuck. Not like friend Olivia. Good fuck using vibrator” lanjut Prince
“You dress as young Thai high school student. Good first fuck. Virgin fuck” satu persatu kancing baju Shanghai yang dikenakan Lingga dilepas, terlihat kulit putih bersih Lingga dengan bra yang sewarna dengan kulit tubuhnya.
“Now you will give good suck. Later you get good fuck. So good suck now” kata sang Prince Satitpong.
Prince Saitpong menduduki Lingga yang berbaring di tempat tidur dan memasukkan penisnya ke mulut Lingga, Lingga menahan aroma yang tidak enak dan mulai mengisapnya dan mengisapnya. Suara isapanya sangat menggemaskan. Prince Satitpongpun terus mengerang, namun Ia tahu Prince tidak akan ngaceng jadi disapnya terus menerus. Erangan Prince semakin menjadi-jadi, semantara Ia dengan tekun mengisapnya dengan kecepatan sedang dan tiba tiba “CCRRROOOOTTTT…..!!” tumpahlah sperma Prince Satitpong kedalam kerongkongannya tanpa tanda tanda peringatan. Prince Satitpong telah berhasil mengeluarkannya sampai menyebar ke bagian bawah wajah Lingga pundak dan bagian lehernya.
“Good fuck haa…?”
“Good fuck”.
Seakan mendapat rangsangan baru, Prince Satitpong mengambil Lingga yang juga terikat dengan pakaian seragam sekolah Thailand ke tempat tidur sebelah kanan Olivia yang berkilau. Olivia sudah terkulai lemas, entah karena lelah melayani Prince Satitpong, atau orgasme, atau kurang tidur, atau kedua-duanya, nikmat dan sakit yang hanya dia yang tahu. Lingga agak iri dengan Olivia, dan tanpa sadar mulutnya bergumam
“Good fuck….” “OOPPS!! APA YANG AKU KATAKAN?” pikirnya terkejut dengan mata yang menunjukkan keterkejutan. Prince Satitpong tak kalah terkejut dan membelalakkan matanya, Lingga tak habis pikir, yang dipikirkannya terungkap dalam kata, maklum selama ini mulutnya di lakban, namun kini keadaannya berbeda.
“Ohh.. you want good fuck. Not like friend Olivia. Good fuck using vibrator” lanjut Prince
“You dress as young Thai high school student. Good first fuck. Virgin fuck” satu persatu kancing baju Shanghai yang dikenakan Lingga dilepas, terlihat kulit putih bersih Lingga dengan bra yang sewarna dengan kulit tubuhnya.
“Now you will give good suck. Later you get good fuck. So good suck now” kata sang Prince Satitpong.
Prince Saitpong menduduki Lingga yang berbaring di tempat tidur dan memasukkan penisnya ke mulut Lingga, Lingga menahan aroma yang tidak enak dan mulai mengisapnya dan mengisapnya. Suara isapanya sangat menggemaskan. Prince Satitpongpun terus mengerang, namun Ia tahu Prince tidak akan ngaceng jadi disapnya terus menerus. Erangan Prince semakin menjadi-jadi, semantara Ia dengan tekun mengisapnya dengan kecepatan sedang dan tiba tiba “CCRRROOOOTTTT…..!!” tumpahlah sperma Prince Satitpong kedalam kerongkongannya tanpa tanda tanda peringatan. Prince Satitpong telah berhasil mengeluarkannya sampai menyebar ke bagian bawah wajah Lingga pundak dan bagian lehernya.
“Aaaaccchhhh……!” Lingga menatap kekanannya dengan rasa kesal dan
ketidak-puasan, di sisnya dimana Prince Satitpong terkulai lemas dan
beristirahat disampingnya yang dalam keadaan tangan terikat beberapa
menit lamanya dalam kepuasan. Beberapa lama kemudian Prince Satitpong
terbangun dengan kepuasan maksimal, dengan lembut dia membersihkan bekas
sperma yang belepotan di bagian leher Lingga dan pundak atasnya.
Kemudian pelayan istana kembali merapihkan pakaian Lingga yang
terbuka,.. dengan telaten di kancingnya blus putih yang dipakainya,
kemudian mulutnya disumpal lakban, selangkangan Lingga diselipi vibrator
yang tersedia di dalam kamar/sel itu. Kakinyapun diikat jadi satu. Ia
didudukan di kursi roda dan didorong dimasukkan dalam sel bawah tanah
tak jauh dari situ dalam keadaan terikat, tubuhnya di angkat keatas
tempat tidur yang ada di dalam sel tersebut.
Siang itu Satitpong kembali dan mengunjungi Lingga dalam selnya hari itu menyaksikan dirinya yang masih penasaran dengan hasratnya. Demikianlah Lingga meringkuk di sel bak tahanan dalam keadaan terikat dan vibrator yang menyala, entah sudah berapa kali Ia mengalami orgasme sepenjang siang itu, sorenya gadis yang ditugasi melayani budak nafsu seperti Lingga, Olivia dan yang lainnya datang ke sel sel mereka, waktunya makan. Mereka engan telaten melepaskan stocking yang menyumpal dan mengikat tawanan itu dan dengan sabarnya mereka menyuapi para tawanan itu. Lingga dapat melihat di sel seberang sana Olivia juga sedang disuap di beri makan. Tetap dalam keadaan terikat dengan cekatan pelayan istana maupun gadis-gadis yang ditugasi khusus merawat para tawanan budak seks Prince Satitpong, sehingga tangan mereka tidak perlu dilepas. Itulah pengalaman hari pertama dalam masa penjualan Lingga kepada keluarga Kerajaan Thailand.
Siang itu Satitpong kembali dan mengunjungi Lingga dalam selnya hari itu menyaksikan dirinya yang masih penasaran dengan hasratnya. Demikianlah Lingga meringkuk di sel bak tahanan dalam keadaan terikat dan vibrator yang menyala, entah sudah berapa kali Ia mengalami orgasme sepenjang siang itu, sorenya gadis yang ditugasi melayani budak nafsu seperti Lingga, Olivia dan yang lainnya datang ke sel sel mereka, waktunya makan. Mereka engan telaten melepaskan stocking yang menyumpal dan mengikat tawanan itu dan dengan sabarnya mereka menyuapi para tawanan itu. Lingga dapat melihat di sel seberang sana Olivia juga sedang disuap di beri makan. Tetap dalam keadaan terikat dengan cekatan pelayan istana maupun gadis-gadis yang ditugasi khusus merawat para tawanan budak seks Prince Satitpong, sehingga tangan mereka tidak perlu dilepas. Itulah pengalaman hari pertama dalam masa penjualan Lingga kepada keluarga Kerajaan Thailand.
Kamu sedang membaca artikel tentang LINGGA PENCULIKAN ANTAR NEGARA dan kamu bisa menemukan artikel LINGGA PENCULIKAN ANTAR NEGARA ini dengan url http://ingin-diikat-dan-disumpal.blogspot.com/2013/01/lingga-penculikan-antar-negara.html, kamu boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel LINGGA PENCULIKAN ANTAR NEGARA ini sangat bermanfaat bagi banyak orang, namun jangan lupa untuk meletakkan link LINGGA PENCULIKAN ANTAR NEGARA sebagai sumbernya.
0 komentar "LINGGA PENCULIKAN ANTAR NEGARA", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar