Antara Jakarta Dan Bandung

Ditulis oleh: -
Lingga Fransiska, namaya. Hari ini bukanlah merupakan hari keberuntungannya. Lingga masih berusaha untuk menyalakan lagi mesin mobilnya, tapi sia-sia. “Shit!” Lingga keluar dari mobil dan menemukan dirinya ada di pinggir jalan yang gelap, sedangkan tidak ada tanda-tanda di sekitar situ ada rumah penduduk.
“Damn, gue musti nginep di mobil, sialan!”, Lingga menendang ban mobilnya. Udara sekitar situ agak panas, untung Lingga hanya mengenakan blouse transparan dan rok pendek, sehingga panasnya udara tidak begitu mengganggunya. Tak berapa lama terdengar suara deru kendaraan mendekat, lalu terlihat sebuah mobil box mendekati tempat Lingga. Lingga langsung berdiri di tepi jalan dan melambai-lambaikan kedua tangannya.
“Haaii! Tolong Saya!”. Box itu berhenti dan minggir dua orang keluar. Yang satu berbadan hitam dan besar serta berotot, sedangkan yang satu lagi botak, dengan badan kekar. Lingga sempat ragu-ragu menghadapi kedua orang yang tampaknya kasar-kasar itu, tapi dirinya sangat membutuhkan tumpangan. “Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?”, tanya Botak.
“Mobil saya tau-tau keluar asepnya. Terus mesinnya mati nggak mau jalan lagi”.
“Sial banget ya Nyonya”, jawab Botak sambil melirik kaki Lingga yang panjang.
Bapak-bapak bisa bantu saya?”. “eeh, bisa Nyonya. Bisa pinjem kuncinya Nyonya?”.
Lingga merogoh saku rok mini pendeknya dan memberikan kunci Vios-nya. ia tidak menyadari Hitam dan Botak bertukar pandang dan menyeringai.
“Tunggu sebentar ya Nyonya. Kita mesti periksa dulu mobilnya”, kata Botak sambil menerima kunci dari Lingga. Lingga memberikan senyumnya yang paling manis sebagai tanda terima kasih, dan ia lalu berjalan-jalan sekitar situ melemaskan kakinya yang kaku selama mengemudi.
“Begini Nyonya, mobilnya emang rusak, tapi saya bisa betulin. Gimana, Nyonya mau nunggu?”.
“Oh!” Lingga merasa lega, “Betul? Bisa dibetulin? Kalo begitu silakan pak dikerjakan.!”.
“Cuma”, kata Botak “Kami minta…,ya…, sedikit imbalan atau……”.
“Oh iya Pak. Ten, tentu Pak. Bapak jangan kuatir”. “Berapa biayanya, nanti saya bayar.
Kedua laki-laki dihadapannya tertawa terbahak-bahak. “Ada apa?” tanyanya bingung.
Lingga perlahan-lahan mundur, “Sa, sa, sa tetap nggak nge..ngerti”, berusaha agar tidak terdengar ketakutan. Lingga merasa putus asa melihat Botak dan Hitam perlahan-lahan maju mendekati dirinya.
“Tung, tunggu sebentar Pak! Jangan!” Lingga terus mundur.
“Lebih baek Nyonya buka pakaian Nyonya sekarang!”
“Toloong! Toloong!”, Lingga berteriak. Kemudian tubuhnya diangkat dan dimasukan ke bak belakang box tadi. Tubuhnya gemetar. Lingga berusaha berteriak, tapi yang keluar hanya kata-kata lemah, sambil berusaha bangkit.
“Hei, Nyonyaa manis ini masih bisa ngomong!” Botak lalu menampar pipi Lingga, membuatnya ia tergeletak kembali ke lantai box tadi.
Dari kejauhan, terlihat cahaya api yang berkobar membakar mobil Lingga, termasuk semua yang ada di dalamnya. Sekarang tak seorangpun tahu, milik siapa mobil tersebut atau tidak seorangpun dapat mencari kemana pengemudi mobil itu.
Kemudian Lingga merasa, tangan seseorang mengikat kedua tangannya erat-erat di belakang pinggangnya, setelah itu giliran kakinya. Setelah selesai, mesin mobil itu menyala dan mulai melaju.
Lingga berusaha membuka matanya, “Sekarang kita mulai pesta kita!”, Mereka tertawa sementara Lingga menjerit ketakutan.
“Ma, ma, mau apa kalian?”.
Lingga sudah putus asa. Dirinya sudah dikuasai seluruhnya oleh Botak dan Hitam, semua identitasnya terbakar bersama mobilnya. Dan tidak ada seorangpun dari teman dan saudaranya tahu kemana ia pergi.
“Kita nggak bakalan menyakiti kamu Nyonya”, jawab Botak,
“Selama Nyonya menuruti semua perintah kita. Semua. Ngerti Nyonya?”. Sambil melepas tali-tali yang mengikat tangan dan kaki Lingga.
“Saya mengerti”, Lingga menjawab disela tangis.
“Sekarang coba Nyonya berdiri! dan Lepasin semua pakaian Nyonya!”.
“Y..y..ya Tuan”, Lingga menarik blouse transparannya ke atas.
                                                                                                                    Lingga menuruti perintah Botak, perlahan-lahan menarik blouse transparannya ke atas melalui kepalanya. Buah dadanya terlihat ditutupi oleh BH. ia melepaskan BH tapi dan menjatuhkannya ke tanah. Sekarang Lingga berdiri dengan dada terbuka, payudaranya yang bulat terlihat jelas disinari cahaya api unggun.
“Roknya sekalian Nyonya!” perintah Botak. Perlahan, Lingga membuka kancing depan Rok mininya dan perlahan menurunkannya, akhirnya rok itu jatuh di kakinya, lalu dengan terpaksa Lingga menarik turun celana dalamnya, sehingga sekarang ia betul-betul telanjang bulat. Lingga berusaha menutupi kemaluan dan buah dadanya dengan tangannya. Tapi Botak menggerak-gerakan pisaunya, menyuruh Lingga menurunkan tangannya. Lingga langsung menurunkan tangannya.
“Coba sekarang Nyonya berlutut dan merangkak ke temen saya di sana!” perintah Botak, dan Lingga menuruti perintahnya, ia merangkak dengan tangan dan lututnya mendekati.
“Nah, sekarang coba Nyonya, masukin punya teman saya itu ke mulut Nyonya. Jilatin sama isep, sampe dia keluar. Kalo nanti di keluar, Nyonya musti telen semuanya, jangan sampe ada yang kebuang. Dan ati-ati jangan sampe punya temen saya itu kegigit. Kalo sampe kegigit, terpaksa saya potong puting susu Nyonya!”

Lingga kembali shock, ia belum pernah memasukkan penis ke dalam mulutnya. Perasaannya muak membayangkan memasukan penis ke dalam mulutnya, ia lebih ketakutan mendengar ancaman Botak yang akan memotong puting susunya jika ia tidak menuruti perintahnya.
“Si..si..siap Tuan”, jawab Lingga sambil meraih kancing celana Hitam.
Di depan mata Lingga, penis itu mengacung dengan panjang sekitar 25 cm, dengan urat-urat yang meNyonyajol. Kepala penis itu sendiri berdiameter sekitar 8 cm. Wajah Lingga memucat melihat penisnya.
Tidak tahu bagaimana memulainya, Lingga memajukan wajahnya dan menempelkan bibirnya yang mungil ke kepala penis tadi, dan mulai membuka mulutnya lebar-lebar dan memasukan kepala penis tadi ke dalam mulutnya, sedangkan lidahnya terus menjilati. Lingga terus menjilati kepala penisnya, sesaat dirasakannya sesuatu yang asin di ujung penis Hitam. Lingga berusaha melupakan apa yang baru dijilatnya, bibirnya menempel disekeliling penis tuannya yang baru, sementara kepalanya bergerak maju mundur berirama dengan berusaha membuka rahangnya lebar-lebar agar giginya tidak bersentuhan dengan kepala penis Hitam. Bibir Lingga terus menggosok-gosok maju mundur pada kepala dan batang penis Hitam, sedangkan lidahnya terus begerak menjilati dan membasahinya. Terus, terus, terus sampai akhirnya.

Hitam tiba-tiba memegang rambutnya dan mendorong kepala Lingga hingga wajah Lingga bersentuhan dengan pinggulnya. Hitam menyemprotkan sperma masuk ke dalam mulut Lingga. Lingga belum pernah merasakan sperma sebelumnya, ia tak berdaya menelan semua cairan kental yang terasa asin yang dalam sekejap memenuhi mulutnya, dan dengan leluasa masuk ke dalam perutnya.
“aararaagghh!”, erang Hitam, sementara Lingga kembali tak berdaya berusaha menelan semua sperma yang terus keluar dari penis Hitam.
“Telen semua!, Semuaakkhahh!”.
Lalu pegangan Hitam pada rambutnya perlahan mengendor dan aliran sperma yang keluar melambat dan akhirnya berhenti. Selama beberapa saat Lingga masih memasukan penis Hitam dalam mulutnya. Hitam akhirnya menarik keluar penisnya dari mulut Lingga. Lingga langsung membungkuk terengah-engah menghirup udara, beberapa kali berusaha menelan sisa-sisa sperma yang masih menempel di lidah dan langit-langit mulutnya.
Tubuh Lingga berkeringat walaupun sebernarnya udara sekitar situ cukup dingin.
“Oke Nyonyaa manis”, Botak maju.
“Giliran saya sekarang!”, Melihat tidak ada yang bisa dilakukannya, dan berharap bila ia menuruti perintah mereka ia akan dibebaskan Lingga berlutut di depan Botak. Lingga kembali membuka celana Botak dan tak lama kemudian keluarlah penis Botak di depan wajah Lingga. Penis Botak sangat besar dan berwarna ungu. Lingga melakukan kembali apa yang baru saja ia lakukan terhadap Hitam, menciumi, menjilati penis Botak sampai Botak mengerang mencapai puncak kenikmatan.
“aakkhh! aakkhh! Teruusshhkk! aakkhh! Botak berteriak dan spermanya keluar deras masuk ke mulut Lingga. Sperma Botak terasa lebih pahit dari milik Hitam, Lingga berusaha untuk menelan semua cairan kental pahit itu ke dalam perutnya.
Botak menarik keluar penisnya, sementara Lingga tersungkur tak berdaya, berharap mereka berdua puas dan melepaskan dirinya, tapi ternyata harapan yang sia-sia. Hitam berdiri di hadapan Lingga, mata Lingga terbelalak melihat penis Hitam sudah tegang dan mengacung kembali.
“Berdiri!”, perintah Hitam.
“Ya Tuan!”, Lingga berdiri. “Naik ke belakang box dan berbaring telentang”.
“Iya Tuan, “, Lingga naik ke belakang box.
Di lantai box itu sudah tergelar kasur tipis. Lingga pasrah menyadari sekarang dirinya akan segera diperkosa oleh kedua orang itu. Lingga merangkak naik dan berbaring telentang di atas kasur. Tangan Lingga kembali diikat erat dengan tali nylon kebelakang. Setelah itu Hitam merangkak ke atas tubuh Lingga, Lingga ngeri, aku bisa sesak nafas jika ia menindihku.
                                                                                               Hitam memajukan pinggulnya, dan Lingga langsung menjerit kesakitan ketika kepala penis Hitam mulai membuka bibir vaginaya. Dia tidak pakai kondom, Lingga tersadar, dia akan menghamiliku! Ketakutan akan dihamili oleh Botak, Lingga terus melenguh ketika penis Hitam terus masuk menyakiti vaginanya.
“Aduuhh, Sakiitt! Sakit Tuaan!, Lingga menjerit-jerit.
“Tuaan! Sakiitt!”, Tapi Hitam terus bergerak makin cepat dan keras, makin lama makin dalam penis Hitam masuk ke dalam vagina Lingga. 10, 15, 20 dan 25 cm penis Hitam masuk!
“Saakiitt!”, jerit Lingga. “Ampuunn! Ampuunn!”. Jeritan Lingga hanya menambah semangat Hitam. Penis Hitam hampir sebesar pergelangan tangan Lingga, dan seluruhnya bergerak keluar dan masuk vagina Lingga yang masih sempit. Lingga merasa bagian bawah dirinya seperti tersobek-sobek, tak terlukiskan sakit yang dirasakan oleh Lingga, sakit sekali. Hitam terus memperkosa Lingga, sampai Lingga terlalu sakit dan lelah untuk bisa berteriak, tiba-tiba Hitam berguling dan mengangkat tubuh Lingga hingga terbaring di atas perutnya. Lingga terbaring terengah-engah dengan penis Hitam yang masih masuk seluruhnya. Hitam lalu memegangi pantat Lingga dan mulai bergerak lagi, sekarang lebih perlahan tapi masih tetap menyakitkan. Lingga masih menangis di atas dada Hitam, sementara Hitam terus memompa keluar masuk. Sebelum Lingga berhasil bernafas dengan normal kembali, dirasakannya sebuah kepala penis mendorong tepat di liang anusnya yang kecil dan rapat.
“Ya Tuhan, ya Tuhan! Jangaann!”, Lingga melolong ketika penis Botak mulai menembus masuk anusnya senti demi senti. Ya Tuhan, jangan Tuhan. Aku diperkosa dua orang sekaligus! Tolong Tuhan, jerit Lingga dalam hati. Dengan satu dorongan final, penis Botak terbenam seluruhnya dalam anus Lingga.
“aarrhhkkhh!”, Lingga menjerit dan menjerit.
“Sakiit!, Sakiit! Sakiit! Ampuunn!”, Tapi Botak dan Hitam terus bergerak keluar masuk, sampai akhirnya Lingga hanya bisa merintih “…sakit,…. Sakit,…. Sakit…”
Dan akhirnya Lingga merasakan hentakan pinggul Hitam dan cairan hangat terasa memenuhi vaginanya. Hitam telah mencapai orgasme, Lingga mengetahui itu dan ia menyadari dirinya akan hamil karena saat itu adalah saat suburnya. Lingga sudah tidak mampu lagi bergerak ketika Botak, juga dengan keras dan brutal mencapai puncak dan meyemprotkan spermanya dalam anus Lingga. Dan, kedua laki-laki itu dengan terengah-engah terbaring lemas dengan Lingga tepat berada ditengah-tengah mereka. Perlahan Lingga merasakan batang kejantanan yang masih bersarang di dalam liang kewanitaan dan juga duburnya telah mengecil, dan mereka terlelap kelelahan. Sedangkan Lingga, jatuh pingsan di atas tubuh Hitam, dan ditindih oleh Botak, sementara sperma meleleh keluar dari vagina dan anusnya serta perlahan mengering.
Dengan tubuh berkeringat karena teriknya matahari, tubuh Lingga terbaring di atas perutnya dengan tangan kaki terikat pada dua buah batang besi ranjang. Sekarang ia berbaring seperti huruf X di atas ranjang. Ketika ia mengangkat kepalanya dilihatnya Hitam dan Botak ada di dekatnya, kembali Lingga memohon-mohon untuk dikasihani, “Tuan, saya mohon Tuan, jangan sakiti saya lagi Tuan. Saya akan lakukan apa saja yang Tuan suruh. Saya janji Tuan!”.
Botak maju ke depan dan Lingga langsung ketakutan melihat Botak memegang sebuah logam yang panjang dan lentur, mirip dengan sebuah antena radio mobil.
“Saya tau Nyonya pasti nurut sama kita. Yang kita mau adalah denger Nyonyaa manis dan cantik macem Nyonya menjerit-jerit minta ampun”.
“Tapi kenapa Tuan?” tapi Botak cuma tersenyum. Lingga langsung meronta-ronta ketika dirasakannya tangan Botak mengusapi pantatnya.
“Jangan! Ampuun, Jangan pecut Saya…, Tuann! Ampuun!”, Lingga meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari ikatan.”Halus sekali”, Ia mendengar Botak berkata. Sebuah jeritan melengking ketika pecut logam tadi mendarat di pantat Lingga.”aaiaiaiaahh!, Lingga menjeritDan sekali lagi pecut itu mendarat dan jeritan terdengar lagi.
Sekitar sepuluh kali Botak mengayunkan pecutnya, tapi pada pecutan yang kelima Lingga sudah tidak mampu lagi menjerit karena kehabisan tenaga dan nafas. Ketika tangan Botak kembali meraba pantatnya sakit kembali menyengat.
Segera setelah itu, tangan Lingga dilepaskan dari ranjang dan diikat menjadi satu di depan. Sementara kakinya dilepaskan sama sekali. Lalu ia didorong hingga jatuh telentang dan saat itu juga dirasakannya cairan hangat kental jatuh di atas wajahnya. Ternyata dengan menyiksanya dengan pecut tadi Botak mencapai puncak kenikmatan dan menyemprotkan spermanya ke wajah Lingga.
Setelah itu Lingga ditarik berdiri, dan Hitam berkata,
“Nyonya, kita mau ngundang Nyonya ke rumah kami. Sekitar 3 kilo dari sini. Di sana ada beberapa temen kami, yang tentu juga pengen berkenalan sama Nyonya. Kami pikir mereka pasti suka sama Nyonya, suka sekali malah!”.
Lingga kembali gemetar dan pucat, mereka akan memperkosanya lagi, dan sekarang bukan hanya dua orang tapi banyak orang. Lingga langsung jatuh berlutut.
“Jangan, saya mohon Tuan, jangan bawa saya Tuan! Jangan, ampun Tuan!” Lingga berkata sambil menangis.
“Hush, hush, hush, inget kata saya. Nyonya nurut apa yang kami bilang”. kata Botak sambil menarik tangan Lingga untuk berdiri lagi. Lingga tidak berkata-kata lagi, ia hanya masih terus menangis. Sementara itu Hitam mengikat tali yang ada di tangannya dengan sebuah tali yang lain dan ujung tali tersebut diikatnya ke bemper belakang mobil box mereka. Pertama Lingga kebingungan melihat itu, tapi ia tersadar, “Jangan, jangan, saya tidak sanggup”.
Botak dan Hitam terus masuk ke dalam kabin box dan Botak berkata, “Cuma 3 kilo Nyonya. Nyonya pasti bisa”. Seraya kembali memakaikan sepatu Lingga yang berhak tinggi. Sambil tertawa ia menyalakan mesin. Lingga berdiri dengan limbung karena kesakitan akibat pecutan Botak, berusaha menahan dirinya agar tidak ambruk jatuh. Box tadi maju dan tangan Lingga tertarik ke depan, dan tubuhnya tertarik dan terbanting ke depan. Box itu berhenti, dengan putus asa Lingga kembali berusaha berdiri. Box tadi mulai maju dan di belakang Lingga mulai berlari kecil menyeberangi padang rumput yang berbatu dan luas, sambil menyeringai kesakitan, dengan tubuh telanjang, putus asa.
Lingga berusaha menghilangkan pikiran itu, sementara box tadi terus melaju di terik matahari.
TAMAT
Tolong dibaca nih gan !

Kamu sedang membaca artikel tentang Antara Jakarta Dan Bandung dan kamu bisa menemukan artikel Antara Jakarta Dan Bandung ini dengan url http://ingin-diikat-dan-disumpal.blogspot.com/2013/01/antara-jakarta-dan-bandung.html, kamu boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Antara Jakarta Dan Bandung ini sangat bermanfaat bagi banyak orang, namun jangan lupa untuk meletakkan link Antara Jakarta Dan Bandung sebagai sumbernya.

0 komentar "Antara Jakarta Dan Bandung", Baca atau Masukkan Komentar

:) :( ;) :D ;;-) :-/ :x :P :-* =(( :-O X( :7 B-) :-S #:-S 7:) :(( :)) :| /:) =)) O:-) :-B =; :-c :)] ~X( :-h :-t 8-7 I-) 8-| L-) :-a :-$ [-( :O) 8-} 2:-P (:| =P~ :-? #-o =D7 :-SS @-) :^o :-w 7:P 2):) X_X :!! \m/ :-q :-bd ^#(^ :ar!

Posting Komentar