Namaku Lalita Rachmania, 27 tahun usiaku, aku bekerja di sebuah biro penyelidikan Wahid Investigasi milik seorang pensiunan jenderal polisi mantan Kabareskrim Polda.
Aku
sendiri adalah Polwan yang baru mengundurkan diri dari jajaran
kepolisian direkrut oleh komandanku yang membuka biro investigasi.
Suatu
ketika, seorang ibu dari Pandeglang Banten datang dan melaporkan
kehilangan anak gadisnya Mery Indah (25). Mery berangkat untuk mencari
pekerjaan ke Jakarta 2 minggu lalu dan sempat memberi kabar mendapat
kenalan dengan seseorang yang akan mempekerjakannya sebagai pelayan
restoran. Cluenya hanya itu, Marina sang ibu pun memberikan beberapa
lembar photo Mery padaku dan memohon pencarian kepada kami.
Sebagai
biro investigasi, kamipun langsung beraksi bersama mitraku Annissa kami
berdua mengubek-ubek file mencari sesuatu yang bisa memberi arah. Kami
menemukan setidaknya ada 3 kasus serupa dalam 6 bulan belakangan ini.
Kami
mencurgai BSP grup (Bina Sukma Putri) disinyalir mempunyai jaringan
traficking. Maka aku mengutus Annisa yang cantik berwajah lugu untuk
menyamar sebagai gadis desa melamar kerja di BSP. Tercium bahwa Haris,
pimpinan BSP yang bermaksud menambah stock perempuan, kebetulan sedang
membutuhkan beberapa gadis. Dia menerima kedatangan Annisa yang datang
melamar, selanjutnya
"Baiklah kamu saya terima, namun perlu mengikuti suatu proses" ujar Haris
"Saya bersedia Pak...." sahut Annisa polos.
"Pertama,
kami harus menutup matamu" kata Haris, Annisa mulai yakin karena merasa
sasarannya tepat. Anak buah Haris bergerak dan menutup mata Annisa
dengan scarf berwarna hitam. Kemudian Annisa merasakan kedua tangannya
ditarik kebelakang lalu diikat dengan tali rafia. Annisa sempat terkejut
dan mengkhawatirkan tas lusuh yang dibawanya. Rupanya sudah dalam
kekuasaan Haris. Saat menanti dalam keadaan mata tertutup dengan tangan
terikat kebelakang, Annisa tidak tahu bahwa Haris mencurigainya dan
membongkar tasnya sehingga identitasnya terkuak dari KTP dan kartu nama
yang di bawanya; tidak sesuai dengan pengakuannya. Annisapun dibawa
masuk ke dalam jip yang akan membawanya ke tempat kerjanya. Dalam
keadaan mata tertutup Annisa merasakan didalam mobil sudah ada beberapa
perempuan calon korban lainnya. Memang selain Annisa sudah duduk di
dalam jip 3 perempuan muda dengan mata tertutup kain dengan tangan yang
terikat di belakang.
Di jarak yang cukup, aku dibalik kemudi siap membuntuti mobil jip yang memuat Annisa.
Jip meluncur membawa 4 perempuan yang matannya diikat tertutup, dengan tangan terikat kebelakang.
Satu
jam perjalanan maka sampailah di sebuah villa yang cukup mewah di
kawasan Bintaro. Akupun tiba dan memarkirkan kendaraannya dalam jarak
yang cukup aman. Jip yang ditumpangi Annisa dan kawan-kawan mulai
menurunkan perempuan perempuan yang tak berdaya itu. Di awasi dari
kejauhan olehku.
Perempuan-perempuan masuk, ditempatkan di sebuah
kamar. Mata mereka di buka, terkecuali Annisa, dia dipisahkan dari yang
lain. Duduk di sebuah kamar dengan mata tertutup dan tangan tetap
terikat. Annisa sama sekali tidak tahu bahwa penyamarannya telah
terbongkar. Sementara 3 perempuan lainnya sudah dilepaskan dari tali
yang mengikatnya dan sedang di paksa oleh Mama, untuk duduk di ruang
etalase setelah didandan dengan cantik.
Sementara aku berusaha masuk
tanpa terawasi pengawalan pengamanan. Namun gerak gerikku rupanya
terpantau Haris yang kebetulan sedang mengawasi CCTV Annisa yang belum
sadar akan penyamarannya yang sudah terbongkar, duduk menanti dalam
sebuah kamar tidur dengan mata masih tertutup serta tangan terikat.
Lamanya Annisa terikat dan tertutup matanya, membuat ia meronta-ronta
kecil. Annisa tidak tahu akibat
matanya yang tertutup, bahwa dia bukan lagi termasuk dalam obyek yang
diperdagangkan sesuai dugaan, melainkan seorang tawanan yang di awasi
oleh Haris dan seorang kepercayaannya dengan senjata. Aku berhasil masuk
ke dalam sarang komplotan itu. Ruangan demi ruangan ku periksa sambil
memegang pistol mencari Annisa, tak ku temukan.
Di suatu ruangan,
ketika ku buka pintunya, kulihat Annisa duduk dengan mata masih tertutup
dan tangan terikat kebelakang, kakinya sedang diikat oleh seseorang.
"Jangan
bergerak,.... Tangan di kepala!!" bentakku sambil menodongkan pistol.
Anehnya orang yang baru selesai mengikat kaki Annisa, berdiri dengan
tenang dan tersenyum. Tak lama kurasakan leherku di rangkul dengan kasar
"ugh....." kemudian ada saputangan yang membekap mulut dan hidungku
"mmppfff..." bau itu terhisap nafasku dan melemaskan tubuhku, aku tak sadarkan diri.
++++
Ugh,....
Aku sadarkan diri, mendapati tubuhku terikat erat tidak berdaya,
tanganku terikat ke belakang, pula ada tali yang melilit erat di atas
dan bawah payudaraku. Kakiku pun terikat erat menyatu ada lilitan tali
di lututku. Erat sekali! eemmmpphhhh......!! Mulutku terasa penuh dengan
kain yang menyumpalku dan tertutup oleh lakban yang merekat erat.
Mataku memandang mencari-cari, di pojok sana aku melihat Annisa kini
terikat lengkap sepertiku. Matanya sudah tidak ditutup, pengikat matanya
sudah dilepas.
"eemmmpphhhh......!!" aku memanggilnya
"eemmmpphhhh..." ku dengar sahutannya.
Kami berdua di sekap di sebuah gudang, aku terikat di sebuah kursi sedangkan Annisa terikat di sebuah tiang.
Pintu terbuka, masuklah pimpinan sindikat perdagangan wanita Haris, tersenyum dan menyapa kami.
"Bravo...
Bravo...! Selamat datang tamu tamu cantikku.... Kalian mau menangkap
kami yach...!! Ha ha ha haa....." sambutnya sambil melepaskan lakban
yang menyumpal mulutku.
"Ouwweeek....." aku memuntahkan kain yang memenuhi mulutku.
"Haris,.... Lepaskan kami! Anda kami tahan....!!" seruku
"Silahkan Lalita,... " Haris mengulurkan tangannya "borgol aku...." hinanya!
"dan
kamu Annisa, akan ku jual sebagai bondage sex slave untuk tamu penting
kami... " sambil melepaskan saputangan yang mengikat mulut Annisa
"Jahanam.....!! Perbuatanmu sungguh merendahkan kaum perempuan......" sahut Annisa.
“Haris,...
sadarlah dan lepaskan kami, jika kamu melepaskan kami maka kami akan
upayakan hukuman yang kamu hadapi tidak terlalu berat” rayuku
menyadarkan Haris agar ia sudi melepaskan kami yang terikat ini.
“Janganlah memperparah keadaan dengan menyekap kami, hukumanmu akan semakin berat” lanjutku.
"Detektif-detektifku
yang cantik,.... simpan dulu amarahmu, aku akan menjual kalian sebagai
bondage sex slave! Tidak perlu berharap bebas, lupakan saja... Ha ha
ha...tunggu ya manis, sampai pelanggan pentingku tiba ha ha ha haa...."
ancam Haris mengelus pipiku seraya beranjak meninggalkan kami berdua
terikat.
"Mbak Lalita, kita harus melepaskan diri.... apa langkah kita selanjutnya" tanya Annisa padaku
"Annisa,
kita harus bisa melepaskan diri, kita cari dan bebaskan Mery, juga
perempuan perempuan yang di jadikan PSK oleh mereka" sahutku.
Kami
berdua meronta-ronta berusaha melepaskan tali tali yang mengikat kami.
Akupun mencoba mendekati Annisa yang terikat di tiang.
HUPP!! Aku
melompat lompat dengan kursiku semakin mendekatinya, namun jarak kami
berdua terlalu jauh hingga pintu ruang kami di sekap terbuka. Anak. buah
Haris datang melepaskan tali-tali yang mengikat Annisa ke tiang. Namun
dengan tangan dan kaki yang masih terikat, Annisa di bopong dan di bawa
keluar.
'Hey... mau di bawa kemana dia!! Jangan...!! seruku sementara Annisa meronta ronta dalam bopongan dan berteriak,
"Lepaskan,,,,!! Lepaskan...!!!!" protesnya. Meninggalkan aku sendiri duduk terikat di kursi, tak berdaya..
****
Sementara
Annisa di baringkan di sebuah ranjang di sebuah kamar yang rupanya
adalah kamar berjenis show room dindingnya menyerupai jendela tembus
pandang. Tangannya dipegang kanan kiri oleh kedua orang anak buah Haris
dan diikatkan ke ujung tempat tidur, demikian juga kakinya ke kaki
ranjang lalu matanya kembali ditutup dan
mulutnya diikat sumpal dengan kain. Annisa terbaring di ranjang terikat dan sibuk meronta-ronta.
Di
tempatku disekap, Haris datang kembali bersama anak buahnya, kulihat
mereka menghunuskan pisau belati. aku takut dan waspada apa yang akan
dilakukannya padaku,....
Ternyata, mereka memotong tali tali yang mengikatku di kursi, namun tangan dan kakiku masih terikat erat ke belakang.
“eemmmpphhh.................!!”
aku meronta-ronta sekuat tenaga, menghalangi mereka yang akan berbuat
sesuatu padaku, lalu aku merasakan tubuhku yang terikat terangkat dan
dibopong mereka
“eemmmpphhh.................!!” dengan mudahnya
mereka meletakkan tubuhku yang terikat di pundak mereka dan melangkah
keluar dari ruangan tempat kami di sekap. Beberapa langkah mereka
melewati sebuah ruangan, ruangan VIP rupanya dan tanpa sengaja melalui
jendela aku melihat Annisa terlentang di dalamnya dan nyaris tanpa
busana terikat di ranjang
“eemmmpphhh...........
eemmmpphhh.................!!” aku meronta-ronta ketika melihat
partnerku Annisa dalam ruangan itu. Rupanya aku dibopong dan di masukkan
kedalam ruangan disebelahnya yang di pintunya ada tulisan VIP juga.
Mereka mendudukkanku di tepi ranjang, aku masih meronta-ronta.
“Tenanglah kamu disini detektif Lalita, temanmu detektif Annisa juga
sedang beristirahat dengan tenang, Feel at homelah....” ejekkan Haris
membuatku terhina, bagaimana bisa feel at home dengan keadaan
terbelenggu seperti ini, pikirku. Kemudian mereka meninggalkan aku dalam
keadaan tidak berdaya dengan ruangan yang mereka kunci dari luar.
Akupun berpikir keras, bagaimana caranya bisa keluar dari tempat jahanam
ini sambil menyelamatkan Mery dan kawan-kawan lainnya yang sudah
terlanjur terjebak seperti ini. Di ruangan sebelah, sayup sayup kudengar
suara Annisa...
“Jangan pak,.... jangan!”
“Saya ini penegak
hukum! Anda tidak bisa berbuat macam macam pada penegak hukum!!” tukas
Annisa lalu selanjutnya sayup sayup kudengar
“Aaauuuwww...... !!
Aarrgghhhh.........!!!” dari sebelah. Aku merinding dan amarahku
membakar tubuhku dan emosiku. Kuduga Annisa telah diperkosa oleh
pelanggan rumah maksiat ini.
Jahanam.....!! gerutuku dalam hati
mendengarkan apa yang terjadi dengan Annisa di sebelah ruangan tempatku
di sekap. Untuk beberapa waktu lamanya aku di tinggalkan terikat dan
duduk di pinggir ranjang, menanti apa yang akan terjadi kepada diriku
dengan memasang kewaspadaan penuh.
****
Sudah senyap tak ada
suara di sebelah, aku tak tahu apa yang terjadi dengan Annisa, partnerku
rasanya sudah 3 (tiga) jam aku berada di ruangan ini, dan sejak kutahu
apa yang terjadi dengan Annisa, aku sibuk meronta-ronta melepaskan diri
agar bisa menolong Annisa, Mery dan sesama kaumku yang menjadi obyek
kebejadan Haris dan kawan-kawan. Tiba-tiba pintu terbuka 4 orang anak
buah Haris masuk ke kamar tempatku di sekap. Aku yang agak lemas karena
lelah meronta-ronta mengambil sikap siaga bersiap melawan kemungkinan
yang akan dilakukan padaku.
“Mau apa lagi mereka.....” batinku penuh perasaan was-was.
Ough,
tubuhku dibaringkan di ranjang dengan paksa, jika mereka membuka
tali-tali yang mengikat di pergelangan tanganku maka aku sudah
mengumpulkan tenaga untuk mengadakan perlawanan dan berusaha menaklukkan
mereka. Namun apa yang terjadi diluar dugaanku, setelah penutup mataku,
mereka membuka kancing blouse yang kupakai dan membiarkan tubuhku
terbaring menghadap mereka lalu kurasakan lampu kilat sekejab, mereka
mengambil photoku dalam keadaan yang sangat tidak kuingini untuk
diphoto.
“eemmmpphhhhh...!!!!” aku meronta-ronta bermaksud mengadakan
perlawanan tapi dengan tangan terikat ke belakang, apa yang bisa aku
lakukan? Tersingkaplah bajuku dan tampaklah braku yang kupakai berwarna
kecoklatan dan aku tersungkur di ranjang dalam keadaan pakaianku yang
berantakan.
“Detektif
Lalita, aku mempersiapkanmu untuk melayani pejabat negara yang akan
segera datang, aku akan memberinya hadiah kejutan yang istimewa yaitu
tubuh molekmu.....” ku dengan suara Haris.
“Ha....ha....ha....haaa......!!” tawanya membuat suasana batinku semakin mencekam.
“eemmmpphhhhh........ eemmmpphhhhh........!!” aku berontak.
“tenang
saja sayang, mana tahu setelah melayaninya, kamu bisa mendapat promosi
atau ekspose besar....ha... ha...haa....!” tambahnya lagi, membuat
hatiku ini tidak nyaman dengan apa yang akan terjadi dengan diriku.
“Oh
Tuhan, biarlah komandanku tahu keberadaanku dan datang membawa bantuan
untuk menyelamatkanku.....” batinku berharap dalam do’a.
Hari itu
aku dibiarkannya disekap terikat di kamar tempatku di sekap, dan jiwa
ini diselubungi misteri karena aku tidak bisa tahu apa yang terjadi pada
partnerku Annisa. Hari yang panjang kurasa segera berlalu, aku
terbaring terikat di kamar ini, sempat melihat jam dinding yang sudah
pukul 00.20 tengah malam, aku berusaha memejamkan mata, berusaha tidur
dalam keadaan terikat erat.
****
Aku menyambut hari baru pagi ini
masih dalam keadaan yang sama, terbaring dengan pakaian berantakan
dengan tangan yang terikat ke belakang, serta mulut yang disumpal dan
terikat.
“Siap-siap detektif, hari ini tamu VIP saya datang, kamu
akan melayani dia dengan baik.” Haris masuk ke kamarku dan menyatakan
itu. Tubuhku menolak hebat ketika di pastikan bahwa pejabat itu akan aku
layani.
“Siapakah orang itu, mau bermaksiat di sini, bahkan akan
mengorbankan aparatnya sendiri yang dalam kekuasaan sindikat ini?”
berjuta pertanyaan mengerubungi benakku yang tak ada jawabannya selain
aku hadapi dia dulu.
Pagi itu Haris mendatangi kamar VIP di mana aku
disekap, bersama dengan empat orang anak buahnya, melepaskan aku dari
tempat tidur, dua anak buahnya yang perempuan memandikan aku tetap dalam
keadaan tangan terikat dan mulut yang disumpal, sementara salah satu
dari anak buah perempuannya menodongkan pistolku agar aku tidak melawan,
setelah mandi aku di pakaikan pakaianku dengan rapih dan terkancing
baik, kemudian mereka merubah ikatanku di kaki, dibuatnya aku
mengangkang dengan tali yang diikatkan di kakiku diikatkan kembali ke
ujung tempat tidur, sementara kedua tanganku tetap terikat kebelakang.
Hari ini aku menyiapkan mental ingin melihat dan menghapalkan wajah
pejabat publik itu dan akan aku tuntut kelakuannya padaku dan aku akan
menjatuhkan dia dari jabatannya sekarang. Begitu kuat tekadku meski
tangan kaki dan mulutku terikat erat, aku seolah tidak menghiraukannya.
“Kamu harus di tutup matanya....” ujar Haris, yang kutolak mentah-mentah
“Bagaimana
aku menikmati hubungan ini kalau aku tidak melihat” alasanku ketika
ikatan di mulutku dilepas. Aku bersiasat agar bisa melihat pejabat itu.
“ehm,
kamu rupanya mau menikmatinya yach....” jawab Haris sambil
terkekeh-kekeh sambil kembali mengikat mulutku dangan kain warna hitam.
“eemmmpphhh......!” rupanya Haris termakan siasatku pikirku
“Oke lah jika itu maumu Lalita cantik......!” jawab Haris.
“Tunggu saja sayang, satu jam lagi dia datang” lanjutnya
Kali
ini aku bersiap menantang pejabat publik yang disebut sebut oleh Haris
itu, aku tidak akan melayaninya tetapi aku akan melawannya setelah
merekam habis wajahnya di benakku. Sesuai rencanaku akan menjatuhkannya
bila aku bebas nanti.
Satu jam sudah berlalu, sang pejabat belum
muncul juga di hadapanku. Aku tidak tahu lagi apa yang terjadi dengan
Annisa, kini aku fokus dengan rencana perlawananku namun kuharap Annisa
baik-baik saja dalam tawanan komplotan Haris. Pintu terbuka perlahan,
akupun melirik ke arah pintu, Haris masuk dengan seseorang yang memakai
topeng kepala berwajah singa jantan yang gondrong itu....
“Diakah pejabat publik itu...... mengapa dia memakai topeng Singa?” sekujur rasa kecewaku membelenggu jiwaku.
“Enjoy
Boss, dia adalah Sersan Lalita Rahmawati mantan serse Reskrim Polda
Metro Jaya...!” kata Haris memperkenalkan aku, lalu meninggalkan aku
berdua dengan pejabat publik berwajah singa itu. Selanjutnya Pejabat itu
serta merta mengikat dan menutup mataku, semua yang telah kurencanakan
buyar sudah, kini aku dalam kekuasaan pejabat itu sepenuhnya. Sekujur
tubuhku lemas, mataku gelap tidak bisa melihat apa yang akan terjadi
dengan diriku. Pejabat itu berbaik hati melepaskan kain yang mengikat di
mulutku.
“Mohon ijin Pak, janganlah Bapak berada di tempat seperti
ini, tinggalkan tempat ini sebelum terlambat Pak,” himbauan terakhir
seorang mantan polwan yang sudah tidak berdaya dalam cengkeraman
komplotan Haris. Tak ada kata-kata terucap dari pejabat itu, rupanya
napsu birahinya memuncak, kurasakan ciuman dan kuluman di leherku dan
bibirku semakin dahsyat.
Kini posisiku terlentang dengan kedua tangan
diikat erat kebelakang, blus berendaku masih menempel di tubuhku saat
pejabat itu menyingkapkan rok pendekku dan berusaha menarik celana
dalamku.
“Jangan!!.. Lepaskan.. Jahanam kamu.!!. Lepaskan.....!!!” teriakku sambil meronta dan menangis sejadi jadinya.
Tanpa
suara pejabat itu tetap berusaha menarik lepas celana dalamku. Brett..
Celana dalamku berhasil direnggut nya dengan paksa. Kini kewanitaanku
yang selama ini selalu kurawat sudah terbuka lebar. Aku merasakan tangan
pejabat itu menjamah kewanitaanku yang berbulu cukup lebat itu dengan
penuh nafsu.
Kemudian kedua kakiku yang putih mulus dan jenjang di
elus elusnya dan kurasakan mulai mengarahkan batang penisnya ke lubang
kemaluanku.
“Jangan pak.. Saya mohon, saya masih perawan.. Tolong lepaskan saya..” teriaku putus asa.
“Aahh...?
Ohhh? Argh....? Jangann.. Sakitt.. Lepaskan.. Jahanamm!” Aku berteriak
panik sambil kulejang-lejangkan kakiku, tapi itu malah membuat penisnya
semakin menyeruak masuk ke dalam liang miss V ku yang belum pernah di
sentuh oleh laki-laki manapun.
Dreet.. Dreet!! kurasakan selaput daraku robek saat pejabat itu menyodokkan kemaluannya hingga amblas seluruhnya.
“Aaauuuwww.....saakiitt
Paakk.......!! Lepaskan” desahku sambil kulempar kepalaku ke kiri dan
ke kanan menahan sakit dan perih yang tak terkira yang melanda sekujur
tubuhku.
“Sakitt.... Tolong..... Hentikaaann.......!!” jeritku
meratap, tapi pejabat itu sepertinya tidak peduli dengan jeritan dan
tangisanku.
Pejabat itu tetap memperkosaku, memompa miss V ku
dengan ganas sambil mulutnya tak henti hentinya menjilati buah dadaku
saat tiba-tiba dia berhenti dan melenguh keras, aku sadar dia akan
orgasme di dalam liang miss Vku.
“Jangan..... Jangan di dalam Paakkk!!!” teriakku panik, dan
“eemmmpphhhh.........”
mulutku dibekap tangannya yang konon memegang lakban dan tersumpallah
mulutku dan kemudian dia memelukku sekuat-kuatnya saat kurasakan cairan
spermanya memenuhi liang rahimku. Hari itu aku diperkosa. Hilanglah
sudah kegadisanku yang selama ini selalu kujaga. Saat itu aku merasa
sangat marah, malu dan terhina.
“eemmmpphhhh.........” aku mendesah
pelan saat pemerkosaku itu mencabut penisnya dan meninggalkanku begitu
saja, aku mencoba bangkit namun kakiku masih terikat ke ujung tempat
tidur dan kurasakan rasa sakit dan ngilu masih terasa di sekitar
selangkanganku, dengan susah payah dalam keadaan tanganku terikat erat
kebelakang, aku rasakan merah darah perawanku di sekitar kemaluanku.
Beberapa
jam aku didiamkan si pejabat itu lalu kurasakan ada tangan yang meraba
celana dalamku. Satu tangan pejabat itu mengelus daerah klitorisku
sementara satu tangan yang lain mengelus pangkal pahaku. Seketika aku
menggelinjang gelinjang dan meronta ronta, keluar suara suara tak
beraturan dari mulutku yang tersumpal. Pejabat itu membiarkan aku
meronta-ronta dan tampaknya tak peduli kedua tangannya terus bergerilya
di daerah kemaluan. Tak sadar keluar lenguhan dari mulutku yang
tersumpal dalam keadaan lelah, takut dan marah akupun lelah untuk
meronta-ronta hebat lagi. Sebaliknya aku sulit menyangkal jika ada rasa
kenikmatan tersendiri menjalar ke seluruh bagian tubuhku bahkan aku
menggoyang-goyangkan daerah kemaluanku. Tampaknya pejabat itu tahu kalau
aku mulai terangsang, selanjutnya di masukan tangannya ke balik celana
dalamku dan klitorisku di pilinnya dengan lembut. Aku semakin
menggelinjang hebat, antara geli dan nikmat.
”Emh....mh..........eemmh..........eemmmpphhhhh....!!”
Kemudian kurasakan celana dalamku disingkap dan kurasakan ada mulut
yang mengulum-ngulum klitorisku.
“eeeemmmpppfffhhh...........eeemmmhh................mmmmppphhhhhh...!!!!”
Aku semakin tak kuasa menahan diriku, aku terangsang hebat klitorisku dikulum disedot sedot.
”wow enak sekali........!” batinku
Kurasakan
ada jari tangan di masukan ke lubang miss V ku mencari G-Spot.
Klitorisku terus dikulum dan disedot sedot sementara dua jari
tangannya digerakkan keluar masuk liang miss V ku.
”Emh....mh..........eemmh..........eemmmpphhhhh....!!”
keluar suara dari mulutku yang tersumpal. Aku semakin menggelinjang
hebat, kedua tanganku meronta-ronta keras dan merasakan betapa tidak
berdayanya aku.
Tangannya juga sesekali meremas payudaraku dan memilin milin puting susuku bergantian kanan-kiri
”Emh....mh..........eemmh..........eemmmpphhhhh....!!”
Kemudian
pejabat itu menciumi mulutku yang tersumpal. Juga samar samar kuendus
bau parfum yang sangat harum. Tiba tiba dia itu menghentikan aksinya.
Dalam hati aku sedikit kecewa bercampur lega kecewa aku belum mencapai
klimaks, lega karena aku tidak dipermainkan dan dilecehkan terus
menerus. Posisiku di rubahnya sedemikian rupa sehingga sekarang
posisiku telungkup di ranjang, tanganku yang terikat dihubungkan dengan
kakiku yang terikat, jadi semacam hogtied keadaanku lalu mata dan
mulutku tertutup kain hitam.
Selang beberapa saat, kurasakan ada yang
mengelap wajah dan mulutku dengan lap dan air hangat. Daerah
kemaluankupun di lap dan dibersihkan dengan air hangat. Celana dalamku
juga dirapikan. Klitoris dan miss V ku terasa 'ngilu' ketika tersentuh
lap. Lingerie pun kembali dipakaikan ke tubuhku juga dirapikannya tali
lingerie yang melorot ke lenganku kembali di naikkan ke bahu. Bra juga
dirapikan dan dikembalikan ke posisi semula. Tangan dan kakiku sedang
dilepaskan namun aku merasa sangat lemas dan tak kuasa melawannya.
Pejabat itu kembali mengikatku. Tanganku kembali diikat ke belakang
hanya saja sekarang tanganku di luruskan, tidak ditelikung 90' menyiku
seperti yang pertama tadi. Cukup nyaman mengurangi pegal di tanganku.
Kembali ada tali yang disambung antara tali di pergelangan tangan dan
kakiku. Mataku masih saja ditutup kain tapi sumpal di mulutku sudah
dibuka aku dibaringkan di tempat tidur tubuhku terkapar lemas. Di saat
bersamaan kamar Annisa yang sunyi tiba-tiba terdengar teriakan dan
rintihan Annisa melawan pemerkosanya. Lemas tubuhku dengan kejadian yang
menimpaku dan Annisa mitraku.
“Terima kasih Sersan, nanti aku
datang lagi.....” bisikan lembut si Pejabat itu, setelah ia mandi
terlebih dahulu. Rupanya usai sudah penderitaanku paling tidak hari ini,
karena sang Pejabat mencium bibirku yang tertutup lakban dan pamit,
kemudian kudengar pintu terbuka dan tertutup lagi dan terkunci.
Sore
menjelang malam hari, anak buah Haris masuk ke kamarku. Melepaskan
tali-tali yang mengikat kakiku dan mataku yang tertutup. Mereka
menarikku untuk berdiri, tubuhku yang sudah ternodai merasakan nyeri dan
ngilu di selangkangan. Tanpa banyak bicara, mereka menuntunku ke pintu
keluar, aku pun keluar dengan keadaan sedikit lebih rapih dari pada saat
‘dipersiapkan’ oleh Haris untuk melayani pejabat misterius itu. Pakaian
berenda-renda dengan kancing di depan dan rok mini, stocking warna
kulit dan sepatu pantofel yang ada ban yang melintas di punggung kaki
seolah menghubungkan kedua mata kakiku. Saat bersamaan di luar kamar
tempatku di sekap, di kamar sebelah aku dapat melihat Annisa juga di
bawa keluar.
Kami berdua digiring dengan tangan terikat dan mulut
yang tersumpal ke suatu ruangan. Dan apa yang kulihat sungguh
mengejutkan aku melihat Haris tengah berbicara dengan ibu Marina.
Marina
? Bukankah dia yang melaporkan kehilangan anaknya Mery ? Apakah dia
juga di tawan Haris? Tidak mungkin karena dia tidak terlihat sebagai
tawanan. Kelihatan sedang berbincang-bincang akrab dengan Haris. Apa
maksud semua ini? Berjuta pertanyaan mengerubuti kami, aku dan Annisa.
“Eh, mbak Lalita, akhirnya ketemu juga... mencari Mery yach?” sapa ibu Marina
“Tuh,
Mery... sedang menunggu gilirannya!” lanjut ibu Marina sambil menunjuk
ke ruangan seperti etalase atau aquarium. Pemandangan yang terlihat
adalah perempuan-perempuan lugu yang duduk di sebuah kursi berpakaian
mini dengan sepatu higheels dengan tangan yang terikat ke belakang, di
dekat kakinya yang semuanya bersepatu tertulis nama-nama masing masing,
ada Mery, Istiany, Melanie, Lia, Nunik, Carolyn, Claudia dan masih
banyak nama lagi, tapi setidaknya nama-nama yang kubaca sedang ada
orangnya, karena masih ada beberapa kursi yang kosong kendati ada
namanya seperti Rosnaini, Anita, Sari dll.
“eeemmmmpphhhh........!!!” protesku minta kejelasan.
Ini
lho mbak, gak inget yach sama Mas Haris suamikua yang pernah kamu
tangkap ketika kamu di Satserse Polda Metro Jaya, dia khan dihukum 5
tahun penjara, baru bebas setelah menjalani remisi, aku karena ingin
melakukan pembalasan dendam. Jadi aku aku membuat laporan palsu
kepadamu.
“eeemmmmpphhhh........!!!” aku meronta-ronta dalam cengkeraman anak buah Haris, aku marah sekali kepada ibu Marina
“Soal
Mery? Memang dia anak saya di rumah ini, karena setiap pelayan
pelanggan saya wajib memanggil saya Mama...” lanjut ibu Marina. Kulihat
di kejauhan Mery yang terlihat lebih manis dengan dandanan tipisnya
lebih dari wajah yang kulihat di photonya.
“eeemmmmpphhhh........!!!” aku bereaksi
“eeemmmmpphhhh........!!!” suara Annisa hampir bersamaan denganku
“Bawa
mereka!!!” perintah Haris, lalu anak buahnya menggiring kami, kami
berjalan seperti terseret-seret melewati kamar-kamar tempat kami di
sekap dan berjalan terus, agaknya kami tidak kembali ke kamar kami
terdahulu.
Mau dibawa kemana kami!!?? batinku bertanya-tanya sambil
menuruni tangga hingga sampai ke sebuah ruangan di bawah tanah dan ada 2
ruangan sel kosong... Annisapun di dorong dengan kasar masuk ke dalam
sel itu tetap dengan tangan terikat ke belakang dan mulut yang
tersumpal.
“eeemmmmpphhhh........” aku memprotes perlakuan kasar
mereka. Lalu tiba di sel sebelahnya yang hanya berbatasan dengan jeruji,
mereka membuka pintu sel namun tidak mendorongku masuk, melainkan masuk
bersama lalu mengambil tali dan mengikatkan aku ke salah satu terali di
sudut yang jauh hingga tidak bisa berusaha melepaskan diri dengan
Annisa.
“eeemmmmpphhhh........” tangan dan tubuhku sudah terikat di
terali besi itu, mereka kemudian mengikat kedua kakiku menjadi satu.
Lalu keluar meninggalkan sel tempatku disekap, menguncinya lalu
melilitkan rantai dan menggembok dengan gembok kedua di selku, hal yang
berbau dendam kurasakan karena sel Annisa hanya dikunci saja dan tidak
dirantai dan di gembok seperti selku.
Kurasakan hari yang
melelahkan ini berlalu. Hari demi hari berlanjut, jika ada pelanggan
penting, maka yang kusaksikan Annisa dikeluarkan dari selnya, malam
harinya baru dia kembali ke selnya tetap dalam keadaan yang sama, tangan
terikat dan mulut di sumpal. Tidak ada kesempatan bagi kami berdua
berkomunikasi dan mengatur strategi pembebasan diri. Rasanya pupus sudah
harapanku dan Annisa untuk bebas, namun ditengah ke tidak berdayaan
kami, kami masih menyimpan secercah harapan bahwa komandan kami turun
tangan dan membebaskan kami, membebaskan Mery dan kawan-kawan perempuan
lainnya sekaligus membongkar sindikat ini, Semoga.
TAMAT
Kamu sedang membaca artikel tentang Detektif Lalita, memberantas sindikat penjualan wanita dan kamu bisa menemukan artikel Detektif Lalita, memberantas sindikat penjualan wanita ini dengan url http://ingin-diikat-dan-disumpal.blogspot.com/2013/01/detektif-lalita-memberantas-sindikat.html, kamu boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Detektif Lalita, memberantas sindikat penjualan wanita ini sangat bermanfaat bagi banyak orang, namun jangan lupa untuk meletakkan link Detektif Lalita, memberantas sindikat penjualan wanita sebagai sumbernya.
0 komentar "Detektif Lalita, memberantas sindikat penjualan wanita", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar